Salah satu fungsi negara (daulah) dalam Islam adalah untuk menjaga agama (al-muhafazhah ala ad-din). Pada
zaman Khulafaur Rasyidin hal ini menjadi perhatian yang sangat serius.
Negara benar-benar menjadi perisai, pelindung umat dari ajaran-ajaran
yang menyesatkan.
Salah satu contoh penjagaan akidah umat adalah kisah yang pernah terjadi
pada masa kepemimpinan Amirul Mukminin Umar bin Khathab. Khalifah Umar
telah mendorong rakyat untuk menganut akidah Islam yang benar dan murni,
memerangi syubhat-syubhat yang didakwahkan para pelaku penyimpangan dan
membantah tipuan-tipuan para musuh Islam yang menyiarkan ajaran-ajaran
menyimpang dan aneka ragam khurafat.
Salah satu buktinya diceritakan Doktor Muhammad Ash-Shalabi dalam salah satu kitabnya, Syakhsiyatu Umar wa Aruhu. Peristiwa ini terjadi di Mesir saat wilayah itu dipimpin oleh gubernur (wali) Amr bin Al-‘Ash.
Amr bin Al-Ash’ pernah melayangkan sepucuk surat kepada Khalifah Umar.
Dalam surat tersebut, Amr menginformasikan kepada Umar mengenai tradisi
penduduk Mesir yang biasa melemparkan seorang gadis ke sungai Nil setiap
tahun sebagai tumbal. Hal itu dilakukan karena sungai Nil tidak
megeluarkan air setetes pun.
Penduduk Mesir mengatakan kepada Amr bin Al-‘Ash, “Wahai gubernur Amr,
sungai Nil kami ini memiliki sebuah tradisi dan ia tidak akan
mengalirkan air kecuali dengannya.” “Apa tradisi itu”, tanya Amr. Mereka
kemudian menjawab, “Bila dua belas malam berlalu dari bulan ini, maka
kami akan mengambil seorang gadis perawan dari kedua orang tuanya. Kami
berusaha membujuk kedua orang tuanya agar mereka mau menyerahkan gadis
mereka kepada kami. Gadis itu akan kami lengkapi dengan perhiasan dan
pakaian yang paling bagus. Kemudian kami melemparkan gadis itu ke sungai
Nil ini.”
Kemudian Amr mengatakan kepada mereka, “Tradisi semacam ini tidak
diperkenankan dalam agama Islam. Islam telah melenyapkan tradisi-tradisi
ini sebelum Islam”, kata Amr. Artinya, sesuai ajaran Islam, Amr telah
melarang tradisi syirik itu.
Para penduduk Mesir tetap berdiam di tepi sungai Nil, dan ternyata
sungai Nil memang benar-benar tidak mengalirkan air setetes pun sampai
mereka bubar.
Atas kejadian ini Amr bin Al-‘Ash kemudian melayangkan sepucuk surat
kepada Amirul Mukminin Umar bin Khathab untuk melaporkan hal tersebut.
Lalu Umar membalas surat Amr. Dalam suratnya, Umar mengatakan kepada
Amr, “Apa yang telah Anda lakukan sudah benar. Aku telah kirimkan kepada
Anda sebuah kartu yang kuselipkan ke dalam suratku. Lemparkanlah kartu
itu ke sungai Nil!”. Setelah surat Umar itu sampai, Amr mengambil kartu
tersebut.
Apa yang dituliskan Umar dalam kartu tersebut?. Ternyata Umar menulis,
“Dari hamba Allah, Umar, Amirul Mukminin, ditujukan kepada sungai Nil,
penduduk Mesir. Amma ba’du. Bila engkau, wahai Sunggai Nil, mengalir
atas dasar kemauan dan kehendakmu, maka janganlah engkau mengalir. Kami
tidak membutuhkanmu. Bila engkau mengalir dengan perintah Allah Yang
Maha Esa lagi Maha Perkasa dan Dia-lah yang membuatmu mengalirkan air,
maka kami memohon kepada Allah agar Dia mengalirkanmu”.
Amr lalu melemparkan kartu itu ke sungai Nil. Saat itu, bertepatan
dengan hari Sabtu. Atas izin Allah Swt, saat itu juga air mengalir di
sungai Nil. Allah Swt telah mengalirkan sungai Nil sepanjang 16 ela (1
ela = 45 inci) setiap malam. Melalui peristiwa ini Allah Swt telah
melenyapkan tradisi buruk ini dari penduduk Mesir hingga saat ini.
Dalam kartu tersbut, Umar telah menjelaskan makna-makna tauhid, bahwa
sungai Nil hanya mengalir karena kehendak dan kekuasaan Allah Swt. Umar
telah menyingkap kepada penduduk Mesir tentang kepalsuan akidah mereka
yang rusak, yang telah tertanam dalam benak mereka. Dengan tindakan Umar
yang bijaksana ini, beliau telah berhasil melenyapkan keyakinan
khurafat dari penduduk Mesir. Kisah ini sekaligus menunjukkan adanya
kemuliaan (karamah) yang dianugerahkan Allah Swt kepada Umar yang tidak dimiliki oleh sahabat lainnya.
Inilah teladan dari Umar bin Khaththab, Amirul Mukminin.
Penguasa-penguasa kamu muslimin saat ini hendaknya meniru Umar dengan
menjaga akidah umat dari pemahaman-pemahaman yang menyimpang dan
menyesatkan. Tradisi-tradisi syirik yang berlaku di masyarakat mestinya
segera dilenyapkan dan diganti dengan pemahaman yang lurus, bukan malah
dilestarikan dan dijadikan lahan pariwisata.
Insya Allah jika penguasa sekarang bersikap dan bertindak seperti Umar,
niscaya negeri ini menjadi negeri yang berkah dan makmur, negeri yang
baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Bukan negeri yang selalu dirundung bala’, musibah dan bencana. Wallahu a’lam bishshawab.
(shodiq ramadhan)
http://www.suara-islam.com
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut