Salah satu fungsi negara (daulah) dalam Islam adalah untuk menjaga agama (al-muhafazhah ala ad-din). Pada
zaman Khulafaur Rasyidin hal ini menjadi perhatian yang sangat serius.
Negara benar-benar menjadi perisai, pelindung umat dari ajaran-ajaran
yang menyesatkan.
Salah satu contoh penjagaan akidah umat adalah kisah yang pernah terjadi
pada masa kepemimpinan Amirul Mukminin Umar bin Khathab. Khalifah Umar
telah mendorong rakyat untuk menganut akidah Islam yang benar dan murni,
memerangi syubhat-syubhat yang didakwahkan para pelaku penyimpangan dan
membantah tipuan-tipuan para musuh Islam yang menyiarkan ajaran-ajaran
menyimpang dan aneka ragam khurafat.
Salah satu buktinya diceritakan Doktor Muhammad Ash-Shalabi dalam salah satu kitabnya, Syakhsiyatu Umar wa Aruhu. Peristiwa ini terjadi di Mesir saat wilayah itu dipimpin oleh gubernur (wali) Amr bin Al-‘Ash.
Amr bin Al-Ash’ pernah melayangkan sepucuk surat kepada Khalifah Umar.
Dalam surat tersebut, Amr menginformasikan kepada Umar mengenai tradisi
penduduk Mesir yang biasa melemparkan seorang gadis ke sungai Nil setiap
tahun sebagai tumbal. Hal itu dilakukan karena sungai Nil tidak
megeluarkan air setetes pun.
Penduduk Mesir mengatakan kepada Amr bin Al-‘Ash, “Wahai gubernur Amr,
sungai Nil kami ini memiliki sebuah tradisi dan ia tidak akan
mengalirkan air kecuali dengannya.” “Apa tradisi itu”, tanya Amr. Mereka
kemudian menjawab, “Bila dua belas malam berlalu dari bulan ini, maka
kami akan mengambil seorang gadis perawan dari kedua orang tuanya. Kami
berusaha membujuk kedua orang tuanya agar mereka mau menyerahkan gadis
mereka kepada kami. Gadis itu akan kami lengkapi dengan perhiasan dan
pakaian yang paling bagus. Kemudian kami melemparkan gadis itu ke sungai
Nil ini.”
Kemudian Amr mengatakan kepada mereka, “Tradisi semacam ini tidak
diperkenankan dalam agama Islam. Islam telah melenyapkan tradisi-tradisi
ini sebelum Islam”, kata Amr. Artinya, sesuai ajaran Islam, Amr telah
melarang tradisi syirik itu.
Para penduduk Mesir tetap berdiam di tepi sungai Nil, dan ternyata
sungai Nil memang benar-benar tidak mengalirkan air setetes pun sampai
mereka bubar.
Atas kejadian ini Amr bin Al-‘Ash kemudian melayangkan sepucuk surat
kepada Amirul Mukminin Umar bin Khathab untuk melaporkan hal tersebut.
Lalu Umar membalas surat Amr. Dalam suratnya, Umar mengatakan kepada
Amr, “Apa yang telah Anda lakukan sudah benar. Aku telah kirimkan kepada
Anda sebuah kartu yang kuselipkan ke dalam suratku. Lemparkanlah kartu
itu ke sungai Nil!”. Setelah surat Umar itu sampai, Amr mengambil kartu
tersebut.
Apa yang dituliskan Umar dalam kartu tersebut?. Ternyata Umar menulis,
“Dari hamba Allah, Umar, Amirul Mukminin, ditujukan kepada sungai Nil,
penduduk Mesir. Amma ba’du. Bila engkau, wahai Sunggai Nil, mengalir
atas dasar kemauan dan kehendakmu, maka janganlah engkau mengalir. Kami
tidak membutuhkanmu. Bila engkau mengalir dengan perintah Allah Yang
Maha Esa lagi Maha Perkasa dan Dia-lah yang membuatmu mengalirkan air,
maka kami memohon kepada Allah agar Dia mengalirkanmu”.
Amr lalu melemparkan kartu itu ke sungai Nil. Saat itu, bertepatan
dengan hari Sabtu. Atas izin Allah Swt, saat itu juga air mengalir di
sungai Nil. Allah Swt telah mengalirkan sungai Nil sepanjang 16 ela (1
ela = 45 inci) setiap malam. Melalui peristiwa ini Allah Swt telah
melenyapkan tradisi buruk ini dari penduduk Mesir hingga saat ini.
Dalam kartu tersbut, Umar telah menjelaskan makna-makna tauhid, bahwa
sungai Nil hanya mengalir karena kehendak dan kekuasaan Allah Swt. Umar
telah menyingkap kepada penduduk Mesir tentang kepalsuan akidah mereka
yang rusak, yang telah tertanam dalam benak mereka. Dengan tindakan Umar
yang bijaksana ini, beliau telah berhasil melenyapkan keyakinan
khurafat dari penduduk Mesir. Kisah ini sekaligus menunjukkan adanya
kemuliaan (karamah) yang dianugerahkan Allah Swt kepada Umar yang tidak dimiliki oleh sahabat lainnya.
Inilah teladan dari Umar bin Khaththab, Amirul Mukminin.
Penguasa-penguasa kamu muslimin saat ini hendaknya meniru Umar dengan
menjaga akidah umat dari pemahaman-pemahaman yang menyimpang dan
menyesatkan. Tradisi-tradisi syirik yang berlaku di masyarakat mestinya
segera dilenyapkan dan diganti dengan pemahaman yang lurus, bukan malah
dilestarikan dan dijadikan lahan pariwisata.
Insya Allah jika penguasa sekarang bersikap dan bertindak seperti Umar,
niscaya negeri ini menjadi negeri yang berkah dan makmur, negeri yang
baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Bukan negeri yang selalu dirundung bala’, musibah dan bencana. Wallahu a’lam bishshawab.
(shodiq ramadhan)
http://www.suara-islam.com
Sabtu, 23 Februari 2013
Senin, 11 Februari 2013
Husnuzhon (Baik sangka): Cara mudah meraih jannah
(Arrahmah.com) – Husnuzhon, mudah dikatakan, sangat sulit diamalkan dan banyak disepelekan.
Dari Anas Bin Malik Radhiyallohu ‘Anhu belia meriwayatkan :Suatu ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wasallam tiba-tiba-tiba beliau bersabda :
يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki ahli surga”.Tidak lama kemudian datanglah seseorang –yang tidak begitu dikenal- dari kalangan Anshar, yang jenggotnya masih basah dengan air wudhu’ sambil menenteng sandal di tangan kirinya.
Keesokan harinya kami duduk-duduk bersama Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wasallam dan beliau mengatakan hal sama lalu muncul orang yang sama dengan melakukan hal yang sama pula. Demikian terjadi hingga tiga hari berturut-turut. Ketika Rasulullah berdiri dari tempat duduk beliau Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti laki-laki tersebut seraya berkata :
“Aku sedang bertengkar dengan ayahku dan aku bersumpah tidak akan pulang ke rumah sampai tiga hari ini. Bolehkah aku menginap di rumahmu wahai saudaraku ?” Orang itu ternyata mengijinkan.
Kemudian Anas bin Malik melanjutkan :
“Setelah Abdullah bin Amr bin Ash menginap selama tiga hari, ia pun menceritakan apa yang dilihatnya. Ternyata ia tidak melihat orang itu bangun malam untuk sholat tahajjud, kecuali hanya terjaga sebentar lalu tidur lagi. Dan setiap kali ia terjaga, ia hanya berdzikir dan bertakbir lalu kembali tidur hingga datang waktu sholat Shubuh.
Selama tiga hari berturut-turut setiap kali engkau datang ke masjid, Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wasallam selalu bersabda :
“Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki ahli surga”, maka aku sangat ingin mengetahui amal ibadah apa yang telah engkau lakukan sehingga aku bisa menirumu. Tetapi selama tiga hari ini aku bersamamu aku tidak melihat sesuatu yang istimewa dari dirimu”.
Apa sebenarnya yang telah engkau lakukan sehingga Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wasallam berkata seperti itu ?”.
“Memang tidak ada yang istimewa dalam diriku kecuali yang telah engkau saksikan sendiri selama tiga hari ini”. Jawab orang itu.
“Maka aku pun segera pergi meninggalkan orang itu”, kata Abdullah bin Amr Amr bin Ash. Seketika itu ia memanggilku dan berkata :
مَا هُوَ إِلاَّ مَا رَأَيْتَ غَيْرَ أَنِّى لاَ أَجِدُ فِى
نَفْسِى لأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ غِشًّا وَلاَ أَحْسُدُ أَحَداً عَلَى
خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللَّهُ إِيَّاهُ
“Tidak Ada yang istimewa dalam diriku kecuali yang telah
engkau saksikan sendiri selama tiga hari ini, hanya saja tidak pernah
terdetik sedikit pun dalam hatiku buruk sangka terhadap saudaraku sesama
Muslim dan Aku tidak pernah merasa iri terhadap nikmat dan karunia yang
Allah berikan kepada seserorang di antara mereka”.Abdullah bin Amr Amr bin Ash pun menjawab :
هَذِهِ الَّتِى بَلَغَتْ بِكَ وَهِىَ الَّتِى لاَ نُطِيقُ
“Inilah kelebihan yang engkau miliki dan yang tidak mungkin dapat kami lakukan”.(HR Ahmad dan Nasa’i dan dinyatakan Shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth berdasar syarat-syarat Bukhari & Muslim)
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ
سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ
آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah
beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan
kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb
kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS Al
Hasyr 10).
Minggu, 10 Februari 2013
Internet Membuat Siswa AS Sulit Konsentrasi dan Berdaya Ingat Pendek
Hidayatullah.com--Guru-guru
mengatakan, zaman digital mempunyai pengaruh baik dan kurang baik pada
generasi remaja belasan tahun Amerika. Lebih dari 2.000 guru SMP dan SMA
mengikuti survei online melalui internet. Para peneliti juga berbicara
dengan guru-guru dalam kelompok-kelompok inti.
Tujuh puluh lima persen guru mengatakan, internet dan mesin-mesin pencari digital mempunyai pengaruh yang “pada umumnya positif” pada kebiasaan dan keterampilan siswa-siswa mereka dalam melakukan penelitian. Tetapi, 87 persen guru sepakat bahwa teknologi ini menciptakan generasi yang “sulit berkonsentrasi dan memiliki daya ingat yang pendek”. Enam puluh empat persen mengatakan, teknologi ini “mengurangi konsentrasi murid-murid dan bukannya membantu mereka secara akademis”.
Banyak siswa berpikiran bahwa “melakukan penelitian” berarti hanya mencari informasi cepat lewat Google.
Proyek Internet PEW melakukan survei itu bersama College Board dan National Writing Project. Kebanyakan guru memberi pelajaran pada murid-murid yang masuk kelas khusus yang disebut Advanced Placement atau Penempatan Tingkat Lanjut, dan memberi pelajaran tingkat perguruan tinggi bagi siswa-siswa SMA.
Judy Buchanan, Wakil Direktur National Writing Project dan salah seorang penulis laporan tersebut, mengatakan, peralatan riset digital membantu siswa lebih banyak dan lebih cepat belajar.
“Guru-guru sangat senang dengan alat-alat ini karena membuat belajar menyenangkan dan mengasyikkan. Remaja menyukai alat-alat ini. Tetapi, tujuannya adalah membantu mereka membuat tulisan yang penuh arti, bukan hanya untuk sekedar pengetahuan untuk diri sendiri,”dikutip voaindonesia.com, Rabu (30/01/2013).
Satu masalah lain yang didapati survei itu adalah banyak murid tidak mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan teknologi digital. Dengan kata lain, mereka sangat percaya pada informasi yang mereka dapatkan di internet.
Buchanan mengatakan siswa-siswa ini tidak mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk menilai mutu informasi di internet.
“Banyak yang harus dipelajari tentang bagaimana mengetahui sumber-sumber yang dapat dipercaya. Ini sesuatu yang harus diajarkan dan diperhatikan.
Seperti juga hal-hal lain di dunia, di mana sesuatu bisa terjadi dengan cepat, kita perlu memiliki cara untuk menilai kembali, memikirkan, dan menganalisis informasi yang kita peroleh. Para guru bisa mengajarkan hal itu”.
Persoalan lain yang ditemukan dalam survei tersebut adalah cepatnya menemukan informasi di internet. Para guru mengatakan, akibatnya adalah berkurangnya minat dan kemampuan murid untuk bekerja keras mencari jawaban yang tepat. Mereka mengatakan, para siswa terlalu tergantung pada mesin pencari atau internet dan tidak menggunakan cukup banyak buku-buku atau mencari bahan-bahan di perpustakaan.
Banyak guru juga khawatir bahwa internet memudahkan murid-murid untuk menyalin atau mengutip karya orang lain, bukannya menggunakan kemampuan mereka sendiri.*
Tujuh puluh lima persen guru mengatakan, internet dan mesin-mesin pencari digital mempunyai pengaruh yang “pada umumnya positif” pada kebiasaan dan keterampilan siswa-siswa mereka dalam melakukan penelitian. Tetapi, 87 persen guru sepakat bahwa teknologi ini menciptakan generasi yang “sulit berkonsentrasi dan memiliki daya ingat yang pendek”. Enam puluh empat persen mengatakan, teknologi ini “mengurangi konsentrasi murid-murid dan bukannya membantu mereka secara akademis”.
Banyak siswa berpikiran bahwa “melakukan penelitian” berarti hanya mencari informasi cepat lewat Google.
Proyek Internet PEW melakukan survei itu bersama College Board dan National Writing Project. Kebanyakan guru memberi pelajaran pada murid-murid yang masuk kelas khusus yang disebut Advanced Placement atau Penempatan Tingkat Lanjut, dan memberi pelajaran tingkat perguruan tinggi bagi siswa-siswa SMA.
Judy Buchanan, Wakil Direktur National Writing Project dan salah seorang penulis laporan tersebut, mengatakan, peralatan riset digital membantu siswa lebih banyak dan lebih cepat belajar.
“Guru-guru sangat senang dengan alat-alat ini karena membuat belajar menyenangkan dan mengasyikkan. Remaja menyukai alat-alat ini. Tetapi, tujuannya adalah membantu mereka membuat tulisan yang penuh arti, bukan hanya untuk sekedar pengetahuan untuk diri sendiri,”dikutip voaindonesia.com, Rabu (30/01/2013).
Satu masalah lain yang didapati survei itu adalah banyak murid tidak mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan teknologi digital. Dengan kata lain, mereka sangat percaya pada informasi yang mereka dapatkan di internet.
Buchanan mengatakan siswa-siswa ini tidak mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk menilai mutu informasi di internet.
“Banyak yang harus dipelajari tentang bagaimana mengetahui sumber-sumber yang dapat dipercaya. Ini sesuatu yang harus diajarkan dan diperhatikan.
Seperti juga hal-hal lain di dunia, di mana sesuatu bisa terjadi dengan cepat, kita perlu memiliki cara untuk menilai kembali, memikirkan, dan menganalisis informasi yang kita peroleh. Para guru bisa mengajarkan hal itu”.
Persoalan lain yang ditemukan dalam survei tersebut adalah cepatnya menemukan informasi di internet. Para guru mengatakan, akibatnya adalah berkurangnya minat dan kemampuan murid untuk bekerja keras mencari jawaban yang tepat. Mereka mengatakan, para siswa terlalu tergantung pada mesin pencari atau internet dan tidak menggunakan cukup banyak buku-buku atau mencari bahan-bahan di perpustakaan.
Banyak guru juga khawatir bahwa internet memudahkan murid-murid untuk menyalin atau mengutip karya orang lain, bukannya menggunakan kemampuan mereka sendiri.*
Asma Assad Ancam Akan Menghabisi Rakyat Suriah!!
Sejumlah berita menegaskan bahwa bahwa
Asma Assad, istri Presiden Suriah bersumpah untuk melakukan genosida dan
pembunuhan terhadap para pejuang revolusi. Bahkan pada saat yang sama
ia menegaskan bahwa rezim Suriah tidak akan runtuh, dan akan segera
mengumumkan kemenangannya dalam perang saudara ini, serta menegaskan
bahwa kelompok oposisi secara eksklusif terdiri dari para ekstrimis yang
didanai oleh pihak asing.
Perlu
dicatat bahwa Asma Assad adalah penganut Sunni dari kota Homs, dan
menikah secara ilegal dengan Bashar al-Assad yang menganut Syiah
Nashiriyah tahun 2000. Namun demikian, ia tetap setia dengan suaminya,
dan juga mengumumkan dukungannya terhadan semua aksi penindasan dan
kejahatan genosida yang dilakukan suaminya terhadap rakyat Suriah yang
tak bersenjata dan tak berdaya, bahkan ia menyebut dirinya sebagai
sebuah keluarga diktator sejati, dan itulah yang menyebabkan dendam
mendalam dari rakyat Suriah.
Yang
juga menyakitkan bahwa total kekayaannya diperkirakan tiga miliar dolar,
yang didapat dari hasil menjarah kekayaan negara dengan cara
mengorbankan rakyat Suriah yang tengah hidup dalam kemiskinan, dimana
berdasarkan laporan internasional bahwa sekitar 60% dari rakyat Suriah
hidup di bawah garis kemiskinan. [alsafernews.com/htipress/syabab.com]
Toleransi: Umat Islam Haram Ikut-ikutan Ucapkan Gong Xi Fat Coi
Adanya tokoh masyarakat dan para ulama
di Indonesia yang juga mengikuti dan menganjurkan masyarakat untuk ikut
perayaan-perayaan tahun baru, seperti tahun baru masehi dan imlek dengan
dalih toleransi dan kerukunan beragama, adalah sikap yang keliru.
Karena itu pahami dulu sejarah, kebudayaan dan sebuah istilah.
“Kerukunan (beragama – red)
itu pencitraan saja. Doa bersama, mengucapkan selamat natal, ikut
haleluyaan, ikut-ikut ngucap Gong Xi Fat Chai, itu omong kosong belaka.
Yang namanya kerukunan itu bukan begitu, kerukuan itu adalah kejujuran.
Jika tahu bahwa saya muslim, dan dilarang makan daging babi, maka jangan
menyajikan daging babi. Bahkan, meski tidak makan daging babi, tapi
bila menggunakan panci yang pernah dimasak daging babi, atau menggunakan
minyak babi, maka diharamkan.”
Tentang
toleransi beragama, KH. Sholekhan menjelaskan, toleransi pertama kali
terjadi di Eropa pada saat pertentangan antara Katholik dengan Protestan
pada tahun 1517 M. Atau pada saat munculnya Protestan, hingga terjadi
perang dengan kaum Hugenot. Hugenot itu orang Protestan yang beraliran
Anglikan di Perancis yang berperang melawan Katholik selama 30 tahun.
Juga terjadi perang antara Spanyol melawan Belanda. Singkat cerita,
dengan kemenangan Protestan Belanda pada waktu itu, kekejaman Katholik
mundur selangkah, nah itu yang dikatakan Toleransi.
“Jadi toleransi itu bukan seperti sekarang ini terjadi, yang kita (orang islam dan diluar islam – red) melakukan doa bersama, natalan bersama, bukan itu yang namanya toleransi,” paparnya.
Terakhir,
KH. Sholekhan menasehati umat islam dan tokoh masyarakat baik dari
kalangan islam dan diluar islam serta para ulamanya untuk bersikap jujur
terhadap dirinya sendiri dan menyampaikan kebenaran yang
sebenar-benarnya. Dan yang paling penting adalah tidak melupakan untuk
mempelajari sejarah dan ilmu-ilmu syariat islam, sehingga faham apa
yang diperintahkan dan dilarang oleh Islam. Termasuk tidak mengucapkan
Gong Ci Fat Coi kepada kaum Tionghoa. Bermasyarakatlah, tanpa harus
mendangkalkan akidah. [Bekti - VOA Islam]
CIA dibelakang vonis 15 tahun penjara Ustadz Ba'asyir
JAKARTA (Arrahmah.com) -
Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang ditahan dan divonis 15 tahun merupakan
atas desakan dinas rahasia, CIA terhadap pemerintah Indonesia.
Demikian dikatakan Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya seperti dikutip dari itoday, Sabtu (9/10).
Menurut Haris, penahanan terhadap Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sangat politis dan bentuk penzaliman terhadap ulama. “Jadi sangat politis,” ungkap Harits.
Kata Harits, Ustadz Abu yang divonis 15 tahun penjara merupakan kezaliman produk kemitraan konspiratif Indonesia-Amerika dengan korban sebagian kelompok umat Islam.”Konspirasi Indonesia-Amerika menjadikan Islam di diskreditkan dengan beragam strategi opini dan propaganda,” ungkap Harits.
Harist mengatakan, target utama konspirasi Indonesia-Amerika menjadikan Islam moderat dan liberal. “Yang boleh tumbuh berkembang karena Islam versi Amerika inilah yang akan menjaga eksistensi kepentingan barat,” tegas Harits.
Harits menganggap wajar wakil rakyat segera memanggil BIN dan meminta pertanggungjawaban atas konspirasi Indonesia-Amerika tersebut.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) internasional, Open Society Foundation (OSF), merilis data mengejutkan tentang keterlibatan 54 negara termasuk di dalamnya Indonesia, dalam aktivitas penyiksaan, penculikan, penahanan, pemindahan seseorang ke negara lain tanpa melalui proses hukum, dan penculikan tertuduh teroris oleh badan intelijen Amerika Serikat (AS), CIA. (bilal/arrahmah.com)
Demikian dikatakan Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya seperti dikutip dari itoday, Sabtu (9/10).
Menurut Haris, penahanan terhadap Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sangat politis dan bentuk penzaliman terhadap ulama. “Jadi sangat politis,” ungkap Harits.
Kata Harits, Ustadz Abu yang divonis 15 tahun penjara merupakan kezaliman produk kemitraan konspiratif Indonesia-Amerika dengan korban sebagian kelompok umat Islam.”Konspirasi Indonesia-Amerika menjadikan Islam di diskreditkan dengan beragam strategi opini dan propaganda,” ungkap Harits.
Harist mengatakan, target utama konspirasi Indonesia-Amerika menjadikan Islam moderat dan liberal. “Yang boleh tumbuh berkembang karena Islam versi Amerika inilah yang akan menjaga eksistensi kepentingan barat,” tegas Harits.
Harits menganggap wajar wakil rakyat segera memanggil BIN dan meminta pertanggungjawaban atas konspirasi Indonesia-Amerika tersebut.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) internasional, Open Society Foundation (OSF), merilis data mengejutkan tentang keterlibatan 54 negara termasuk di dalamnya Indonesia, dalam aktivitas penyiksaan, penculikan, penahanan, pemindahan seseorang ke negara lain tanpa melalui proses hukum, dan penculikan tertuduh teroris oleh badan intelijen Amerika Serikat (AS), CIA. (bilal/arrahmah.com)
Minggu, 03 Februari 2013
Keutamaan memperbanyak istighfar
(Arrahmah.com) – Salah satu jenis dzikir yang sangat dianjurkan untuk diperbanyak dan dikerjakan secara rutin adalah istighfar. Istighfar adalah meminta ampunan kepada Allah dengan mengucapkan doa atau dzikir yang menunjukkan pengakuan atas dosa yang kita perbuat, dengan harapan Allah akan memaafkan dan mengampuni dosa tersebut.
Keutamaan istighfar antara lain dijelaskan dalam sebuah hadits berikut ini, oe
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ
اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هُمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا،
وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ "
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda, "Barangsiapa
yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya
kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari
segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah
yang tidak ia sangka-sangka." (HR. Abu Daud no. 1518, Ibnu
Majah no. 3819, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 6421 dan
Ath-Thabarani dalam Al-Mu'jam Al-Kubra no. 10665)Makna hadits:
- Barangsiapa yang senantiasa beristighfar: Barangsiapa yang senantiasa beristighfar dalam segala kondisi atau meminta ampunan Allah setiap kali melakukan kemaksiatan atau menghadapi musibah.
- niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya: Allah akan menghilangkan segala kesedihan dan kegalauan yang menyempitkan jiwanya, dan menggantikannya dengan kelapangan dada dan kebahagiaan.
- jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya: Allah akan memberikan solusi dan jalan keluar atas segala kesempitan dan problematika kehidupan yang sedang ia alami.
- dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka: Allah memberinya rizki dengan cara yang tidak pernah ia duga dan pikirkan sebelumnya. (Syamsul Haq 'Azhim Abadi, 'Aunul Ma'bud Syarh Sunan Abi Daud, 4/267)
Para ulama menyatakan bahwa sanad hadits di atas lemah karena kelemahan seorang perawi bernama Hakam bin Mush'ab. Meski demikian makna hadits di atas adalah benar dan dikuatkan oleh ayat-ayat Al-Qur'an dan banyak hadits shahih.
Imam Mulla Ali Al-Qari Al-Harawi (wafat tahun 1014 H) menyatakan bahwa hadits di atas bersumber dari firman Allah Ta'ala:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2)
وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ
فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ
لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)
"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan
menjadikannya untuknya jalan keluar dan Allah akan memberinya rizki dari
arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa berserah diri kepada
Allahs emata niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan kehendak-Nya. Dan Allah telah menetapkan ketentuan atas
segala sesuatu." (QS. Ath-Thalaq [65]: 2-3) Makna hadits di atas juga ditegaskan oleh firman Allah melalui lisan nabi Hud 'alaihis salam:
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ
يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى
قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
"Wahai kaumku, mintalah ampunan Rabb kalian kemudian bertaubatlah
kalian kepada-Nya, niscaya Dia mengirimkan dari langit hujan yang deras
kepada kalian dan menambahkan kekuatan atas kekuatan kalian, dan
janganlah kalian berpaling dengan menjadi orang-orang yang banyak
berbuat dosa." (QS. Hud [11]: 52)Juga firman Allah melalui lisan nabi Nuh 'alaihis salam:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا
(10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ
بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ
أَنْهَارًا (12)
Maka aku katakan kepada kaumku: "Mintalah ampunan Rabb kalian karena sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan
dari langit hujan yang deras kepada kalian, mengaruniakan kepada kalian
limpahan harta dan anak-anak, menjadikan untuk kalian kebun-kebun dan
menjadikan untuk kalian sungai-sungai." (QS. Nuh [71]: 10-12)Salah satu ciri hamba-hamba Allah yang shalih dan meraih surga adalah banyak beristighfar, terlebih pada sepertiga malam yang terakhir, sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali Imran [3]: 17 dan Adz-Dzariyat [51]: 18. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam sendiri telah member tauladan kepada umatnya dengan beristighfar minimal sebanyak 70 kali dalam sehari semalam. Maka sudah selayaknya bagi kita untuk menjadikan istighfar sebagai bagian penting dalam hidup kita sehari-hari. Wallahu a'lam bish-shawab.
Sabtu, 02 Februari 2013
Da'i Bachtiar dapat gelar Profesor Anti Teror dari Australia
JAKARTA (Arrahmah.com) - Sebuah universitas ternama Australia, Edith Cowan University (ECU) memberikan gelar professor (guru besar) bidang keamanan dan antiteror yang ke-2 kalinya kepada Da'i Bachtiar, mantan Kapolri dan Dubes RI untuk Malaysia.
Wakil Rektor ECU Professor Kerry O Cox menyerahkan sertifikat guru besar itu kepada Da'i disaksikan oleh Dubes Australia untuk Indonesia Greg Moriarty, rektor Univ Islam negeri Syarif Hidayatullah Komarudin Hidayat, mantan Kapolri dan mantan rektor Univ Pancasila Awaloedin Djamin di Jakarta, Jum'at sore (1/2/2013) seperti dilansir Antaranews.
Selain itu hadir pula mantan Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh dan ketua Parsi (persatuan artis sinetron Indonesia) Anwar Fuadi.
Dubes Australia dan Prof Kerry mengatakan, pemberian gelar "dosen tamu" (adjunct professor) kepada Da'i karena kesuksesan mantan Kapolri kelahiran Indramayu, Jawa Barat, ini dalam membongkar jaringan pelaku bom Bali ke-1 tahun 2002 yang menelan korban jiwa di antaranya 88 warga Australia.
Selain itu, Da'i dinilai aktif dalam mendirikan sekolah dan pelatihan antiteror di Semarang yang dinamakan "Center for Law Enforcement Cooperation" (JCLEC). Banyak aparat kepolisian mancanegara belajar dan saling tukar menukar pengalaman di sana.
Mantan Kapolri ini juga aktif dan mendirikan yayasan LCKI (Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia) dan menjadi narasumber dalam berbagai seminar mengenai pencegahan kejahatan di dalam negeri maupun di luar negeri.
"Ini merupakan pemberian gelar professor ke dua kalinya. Sebelumnya, Edith Cowan University di Perth, Australia, juga memberikan gelar professor bidang keamanan dan antiteror kepada saya pada tahun 2009," kata Da'i.
Da'i Bachtiar yang juga mantan Gubernur Akademi Polisi Semarang selalu ingin berbagi pengalaman dalam membongkar jaringan terorisme ke berbagai penjuru dunia.
Ia membandingkan perbedaan dampak perang dengan teror. Menurut dia, dampak dari perang bisa diperhitungkan dan bisa diantisipasi. Tapi dampak dari teror sangat sulit diprediksi karena korban umumnya adalah rakyat yang tidak berdosa.
Menurut dia, ada tiga variabel yang menimbulkan terorisme, yakni ideologi, pengikut dan ketidakadilan. "Ideologi dan pengikut bisa diawasi, tapi yang namanya ketidakadilan ini sulit diprediksikan," katanya.
Da'i berkata, "Jadi jangan sampai ada ketidakadilan yang mencolok mata sehingga mendorong masyarakat untuk menjadi pengikut dalam suatu ideologi yang menggunakan teror dan kekerasan untuk mencapai keinginannya". (bilal/arrahmah.com)
Rumah Keadilan, antara Jakarta dan Damaskus
Oleh: Alwi Alatas
SAAT melewati jalan Kiai Maja di kawasan Blok M,
Jakarta, beberapa waktu yang lalu, mata saya tiba-tiba tertuju ke sebuah
masjid besar di sebuah perempatan jalan itu. Masjid itu terletak di
kompleks Kejaksaan Agung dan memiliki nama Masjid Baitul Adli. Nama
yang indah dan sesuai untuk lembaga yang berkaitan erat dengan hukum
dan tentunya harus selalu menjunjung tinggi keadilan. Saya beberapa kali
pernah melewati jalan itu, tapi rasanya baru sekarang memperhatikan
nama masjid Kejaksaan Agung tersebut.
Masjid itu bernama Baitul Adli, yang bermakna rumah
keadilan, tentu untuk menggambarkan semangat lembaga tersebut dalam
menegakkan keadilan. Para pejabat dan staf Kejaksaan Agung shalat di
masjid tersebut dan boleh jadi keluar darinya dengan semangat yang
tinggi untuk memperjuangkan keadilan. Begitulah idealnya, semestinya.
Tapi kalau ia hanya sekedar nama, tentu persoalannya menjadi lain lagi.
Kalau para penegak hukum di Indonesia hidup di bawah bawah naungan
keadilan dan bekerja dengan semangat keadilan tersebut, tentu persoalan
hukum di negeri ini tidak akan ruwet seperti yang kita lihat hari ini.
Kalau Rumah Keadilan dijadikan sebagai ruh penegakkan hukum, tentu kita
tak akan pernah mendengar istilah mafia peradilan dan berbagai stereotip
negatif lainnya seputar lembaga itu. Kalau keadilan menjadi semangat
utama para penegak hukum di negeri ini, tentu kasus korupsi tak akan
merebak luas, tak akan ada kasus suap menyuap, tak ada yang perlu
dihukum berat hanya karena mencuri sandal, dan berbagai kasus lainnya
yang menganggu syaraf keadilan masyarakat. Kalau saja ….
Bagaimanapun, itu adalah sebuah masjid dan Baitul Adli hanyalah
sebuah nama. Mungkin bangunan itu hanya dianggap sebagai tempat shalat,
tidak lebih. Kadang sebuah kasus atau perkembangan hukum tertentu
disampaikan oleh seorang pejabat kepada para wartawan selepas melakukan
shalat Jum’at di masjid itu. Nama masjid itu disebutkan karena wawancara
berlangsung di tempat itu. Pada waktu yang lain, ketika ada tokoh hukum
yang dihormati meninggal dunia, jenazah dibawah ke ruang Sasana
Pradhana di Gedung Utama Kejaksaan Agung untuk mendapatkan penghormatan
kenegaraan, kemudian dishalatkan di Masjid Baitul Adli, sebelum
dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Ini yang berlaku pada
Baharuddin Lopa pada tahun 2001 dan Singgih pada tahun 2005.
Terlepas dari itu semua, nama masjid ini mengingatkan kita pada nama
sebuah lembaga lainnya yang namanya hampir sama, hampir satu milienium
yang lalu. Lembaga itu bernama Darul Adl, secara bahasa juga
bisa diterjemahkan sebagai ‘rumah keadilan’. Tapi ini bukan masjid. Ini
adalah nama sebuah lembaga kehakiman, semacam mahkamah khusus. Lembaga
ini didirikan oleh seorang sultan di Suriah yang terkenal dengan
keadilannya, al-Malik al-Adil Nuruddin Mahmud bin Zanki. Ia mendirikan
lembaga ini tak lama setelah berhasil menguasai kota Damaskus dan
menjadikannya sebagai ibu kota pemerintahannya pada tahun 1154.
Nuruddin Zanki merupakan seorang pemimpin yang terkenal keshalehan dan keadilannya.
Begitu menonjol kepribadiannya yang baik sampai-sampai Ibn al-Athir,
seorang sejarawan, mengatakan bahwa sejak Khulafa’ al-Rashidin dan Umar
bin Abdul Aziz ia tidak menemukan seorang yang lebih lurus dan
bersungguh-sungguh dalam menegakkan keadilan selain Nuruddin Zanki.
Sepanjang pemerintahannya, selain melakukan jihad dalam menghadapi
pasukan salib ia memperjuangkan sesuatu yang sangat mendasar, yaitu
menegakkan nilai-nilai agama dan keshalehan di tengah-tengah
masyarakatnya. Karena dengan nilai-nilai inilah masyarakat kembali
kepada kekuatannya yang murni serta mampu secara efektif menghadapi
lawan dan keluar dari ancaman penjajahan. Sebagaimana telah dijelaskan
dalam buku saya, “Nuruddin Zanki dan Perang Salib”, tokoh ini juga
berusaha menegakkan keadilan dan syariah di seluruh wilayah
kekuasaannya. Ia meyakini bahwa syariah, dan pemahaman yang mendalam
atasnya tentu saja, merupakan sumber utama keadilan. Dan tegaknya
keadilan akan menjamin kepastian hukum, tumbuhnya kepercayaan di tengah
masyarakat, terhapusnya berbagai masalah sosial, serta sehatnya
pertumbuhan ekonomi dan dinamika politik.
Penegakkan hukum dan keadilan berdasarkan syariah merupakan salah
satu ciri-ciri yang menonjol dari pemerintahan Nuruddin Zanki. Setiap
kasus hukum diputuskan berdasarkan bukti dan adanya saksi, dan jika
sebuah tuduhan terbukti kebenarannya maka hukuman ditegakkan sesuai
dengan kadar kesalahannya.
“Dengan keadilan ini,” kata Ibn al-Athir,
“Allah menghilangkan sekian banyak kejahatan di negerinya. Sedangkan di
negeri lain kejahatan begitu merajalela karena para penguasanya
menerapkan kebijakan represif, hukuman yang berlebihan, dan memutuskan
suatu hukuman berdasarkan dugaan. Wilayah kesultanan Nur al-Din yang
begitu luas terasa aman dan tidak banyak orang yang jahat disebabkan
oleh keadilan dan komitmen dalam menjalankan tuntunan syariah yang
suci.”
Ia bahkan tidak menghindar ketika ada orang yang menuntutnya secara
hukum. Kasus itu akan dibawa ke pengadilan dan ia duduk bersama
penuntutnya di hadapan hakim dengan kedudukan yang sama. Syeikh Daud
al-Maqdisi mengatakan bahwa beliau pernah hadir di pengadilan semacam
ini pada tahun 1163. Ketika itu ada orang yang menuntut Nuruddin Zanki
atas haknya yang telah diambil oleh ayah Nuruddin. Nuruddin yang tidak
mengetahui tentang apa yang dilakukan oleh ayahnya itu mempersilahkan
agar si penuntut menghadirkan bukti-buktinya kepada hakim. Dan ketika
bukti-bukti itu memenuhi syarat pengadilan dan harta itu ditetapkan
sebagai milik si penuntut, maka Nuruddin pun mengembalikan hak orang itu
dengan segera. Beliau memberikan contoh kepada rakyatnya dan tidak
merasa malu untuk hadir di pengadilan sebagai orang biasa untuk
mengungkapkan sebuah kasus hukum dan menerima keputusan pengadilan yang
memang terbukti kebenarannya.
Pernah ada pimpinan sebuah wilayah meminta agar diijinkan melakukan
tindakan lebih keras terhadap para pelaku kejahatan karena merebaknya
kriminalitas di wilayah itu. Bersama-sama dengan para tokoh di wilayah
itu ia memohon kepada Nuruddin agar diperbolehkan melakukan
tindakan-tindakan “ekstra-syariah” untuk mengatasi keadaan.
“Sesungguhnya para pelacur, penjahat, dan penyamun menyebar di
mana-mana,” jelas mereka pada Nuruddin. “Mereka harus ditindak dengan
cara yang lebih keras. Permasalahan mereka tidak mungkin diatasi kecuali
dengan hukuman pancung, disalib, atau dipukul. Kemudian jika ada orang
yang dirampas hartanya di tempat yang sepi, siapa yang dapat menjadi
saksi baginya?”
Tetapi Nuruddin Zanki menolak hal ini. Ia memberikan keputusan yang tegas dan bijaksana,
“Sesungguhnya Allah yang telah
menciptakan manusia dan Dia yang paling mengetahui kemaslahatan mereka.
Sesungguhnya kemaslahatan manusia akan tercapai bila mereka menjalankan
syariatnya secara sempurna. Sekiranya Allah tahu bahwa syariah harus
ditambah maka niscaya Dia akan menambahnya. Untuk itu, kita tidak perlu
menambahkan sesuatu kepada syariah yang telah ditetapkan oleh Allah swt.
Jika ada orang yang menambahnya, maka sebenarnya ia mengira bahwa
syariah itu tidak lengkap sehingga ia menyempurnakannya dengan tambahan
tersebut. Ini merupakan tindakan yang lancang terhadap Allah dan
syariat-Nya.”
Mereka pun menerima keputusan sang Sultan. Dan sejalan dengan
perjalanan waktu dan konsistensi dalam penegakkan hukum, lambat laun
keadaan di wilayah itu mengalami perubahan. Angka kriminalitas menurun
dan keamanan tersebar luas. Ketika hukum ditegakkan dengan adil,
konsisten, dan tidak berlebih-lebihan, maka lama kelamaan akan tumbuh
kepercayaan terhadap hukum di tengah masyarakat dan pelanggaran serta
kejahatan yang ada pun akan semakin berkurang secara signifikan.
Di samping memastikan berfungsi dengan baiknya lembaga-lembaga
peradilan di seluruh wilayah pemerintahannya, Nuruddin Zanki juga
membuat sebuah mahkamah khusus bernama Darul Adl di kota
Damaskus, tidak lama setelah ia berhasil menguasai kota itu. Lembaga ini
didirikan untuk menyelesaikan kasus-kasus yang tidak dapat diselesaikan
oleh hakim-hakim biasa dan juga menerima laporan masyarakat jika ada
pejabat pemerintahan yang melakukan penyimpangan. Nuruddin Zanki
memimpin dan mengawasi secara langsung ‘rumah keadilan’ ini bersama para
ahli hukum dari semua madzhab (Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali).
Beliau hadir di persidangan sebanyak empat kali seminggu untuk membahas
kasus-kasus hukum yang masuk dan memutuskannya dengan sebaik-baiknya.
Adanya lembaga ini membuat para pejabat di pemerintahan Nuruddin
Zanki semakin berhati-hati dalam bertindak. Mereka menjadi semakin
menjaga diri dari penyimpangan-penyimpangan yang disengaja ataupun tidak
disengaja, yang kecil apalagi yang besar. Mereka memandang lembaga ini
dengan sikap takzim dan serius, karena mereka tahu bahwa pemimpinnya itu
tidak pernah main-main dengan masalah hukum dan amanah pemerintahan.
Mereka bukan hanya menjaga sikap pribadi di pemerintahan tetapi juga
memberi peringatan keras kepada setiap aparat di bawahnya agar
benar-benar absen dari perilaku menyimpang. Begitu seriusnya mereka
dalam meluruskan jalannya birokrasi pemerintahan sampai-sampai ada
seorang pejabat yang berkata kepada seluruh anak buahnya;
“Demi Allah, jika nanti aku dipanggil ke
lembaga keadilan karena kesalahan salah seorang di antara kalian maka
aku akan menyalibnya! Pergilah ke setiap daerah yang masyarakatnya
berselisih dengan kalian dalam hal kepemilikan harta. Selesaikanlah dan
buatlah mereka senang dengan cara apa pun, sekalipun harus menghabiskan
seluruh harta yang ada di tanganku!” Ketika anak buahnya mengeluhkan hal
ini dan berkata, “Sesungguhnya kalau masyarakat tahu akan hal ini,
mereka akan menuntut secara berlebihan.” Maka atasannya itu menjawab,
“Habisnya seluruh hartaku adalah lebih ringan daripada aku dilihat oleh
Nur al-Din sebagai orang yang dzalim.”
Upaya Nuruddin Zanki yang sungguh-sungguh tidak sia-sia. Kehidupan
masyarakat di bawah pemerintahannya menjadi stabil dan minim dari
perilaku kejahatan dan kekerasan.
Rumah Keadilan (Darul Adl), itulah nama lembaga kehakiman di Damaskus pada masa pemerintahan Nuruddin Zanki. Rumah Keadilan (Baitul Adli),
itulah nama masjid di salah satu lembaga hukum yang penting di Jakarta
pada masa sekarang ini. Kita memiliki lembaga dengan nama yang serupa.
Namun rupanya semangat dan perilaku dalam menegakkan keadilan di antara
kedua entitas ini masih sangat jauh perbedaannya.
Di Indonesia, kita masih mendengar kasus penangkapan orang-orang tak
bersalah atas nama terorisme. Mereka ditangkap selama beberapa hari,
diperiksa dan dipukuli, kemudian dikembalikan ke rumahnya karena tak
terbukti bersalah. Ada juga yang sampai mati terbunuh tanpa pernah
dibuktikan kasusnya secara jelas di pengadilan. Kita masih mendengar
kasus tebang pilih, yang miskin dihukum berat dengan proses yang cepat,
sementara yang kaya sering lolos dari hukuman. Ketika yang kaya
tertangkap dan divonis penjara, kamar penjaranya pun biasanya kelas VIP
dan mereka cepat mendapatkan grasi. Kita masih mendengar berbagai
kasus-kasus hukum yang aneh bin ajaib dan membuat kepala pening saat
membacanya. Padahal kita mengklaim Indonesia adalah negara hukum.
Karena tidak berjalan dengan baiknya hukum dan keadilan, akibatnya
muncul ketidakpercayaan terhadap hukum. Orang-orang mencari jalan untuk
menyeleweng dan masyarakat cenderung ‘menyelesaikan’ sendiri masalahnya.
Mereka tidak percaya pada lembaga dan aparat hukum, mereka bertindak
sendiri, maka muncullah banyak konflik sosial di masyarakat serta
berbagai aksi kekerasan, sementara lembaga dan aparat hukum semakin
mandul dalam menyelesaikan berbagai masalah yang ada. Bahkan lembaga
pemerintahan dan keamanan di beberapa tempat ikut menjadi sasaran amuk
warga karena dianggap sebagai sumber berbagai masalah dan kecurangan.
Semua bermula dari tidak berjalannya hukum dan tidak tertegaknya keadilan.
Mudah-mudahan tahun baru ini bisa dijadikan sebagai titik tolak dan
kebangkitan kembali semangat penegakkan keadilan di tanah air. Terlebih
saat ini Indonesia sedang aktif memerangi korupsi dan berbagai
penyimpangan di pemerintahan. Ini merupakan sebuah resolusi dan komitmen
yang sangat penting. Agar Rumah Keadilan bukan tinggal nama saja. Agar
di waktu mendatang negeri ini benar-benar menjadi Rumah Keadilan bagi
seluruh warganya.
*/Kuala Lumpur, Selasa, 1 Januari 2013
Penulis adalah kandidat doktor bidang Sejarah di IIUM yang juga penulis buku “Nuruddin Zanki dan Perang Salib”
Liga Arab Kecam Serangan Israel ke Suriah
Hidayatullah.com—Sekretaris Jenderal Liga Arab Nabil al-Araby hari Kamis mengecam serangan udara Zionis Israel ke daerah perbatasan dengan Suriah, dengan mengatakan tindakan itu melanggar kedaulatan sebuah negara Arab.
“Agresi Israel ini … jelas merupakan pelanggaran teritori dar sebuah negara Arab dan kedaulatannya, melanggar piagam PBB serta perturan hukum internasional,” kata Arabyi di Kairo sebagaimaan dikutip Saudi Gazette Jumat (1/2/2013).
Araby menyeru negara-negara Arab agar mengambil tanggungjawab dan menghentikan tindakan agresi terus menerus oleh Zionis Israel atas negara-negara Arab.
Militer Suriah menuding Israel melancarakan serangan atas pusat riset militernya di Jamraya, dekat Damaskus, hari Rabu lalu.
Serangan itu terjadi hanya beberapa hari setelah Israel memindahkan dua set perangkat sistem pertahanan Kubah Besi ke wilayah utara dekat perbatasan Suriah.
Suriah dan Iran mengancam akan membalas serangan udara Israel itu.*
Shodiq Ramadhan
Redaktur Suara Islam Online
Gempa bumi berskala besar kembali melanda wilayah Aceh, Sumatera Utara, hingga ke bagian Selatan Thailand. Meski tidak menimbulkan tsunami seperti tahun 2004 lalu, gempa berkekuatan 8,5 skala richter itu dikabarkan telah menelan korban 10 orang meninggal. Demikian berdasarkan rilis yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Jumat (13/4/2012). Selain korban meninggal, juga tercatat 4 orang luka berat dan 8 orang luka ringan.
Seperti yang sudah-sudah, musibah gempa yang terjadi tidak juga dijadikan sebagai sarana untuk introspeksi diri (muhasabah) dan bertaubat kepada Allah Swt. Banyak kalangan malah sibuk dengan analisa-analisa ilmiah di balik peristiwa gempa. Bahkan staf khusus presiden bidang bantuan sosial dan bencana, Andi Arif, dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi swasta nasional malah mencoba mencari-cari fakta sejarah yang mengungkapkan memang wilayah nusantara ini, termasuk Sumatera, rawan terhadap gempa.
SBY, sebagai atasan Andi Arif, tak jauh berbeda. Sesaat setelah terjadi gempa di Aceh menggelar konferensi pers. "Situasi sekarang sudah under controlled," kata SBY memberikan keterangan pers, di Jakarta, Rabu (11/4). Menurutnya, sejauh ini tidak ada laporan adanya korban jiwa.
SBY juga mengatakan, belum ada laporan tentang kerusakan bangunan. Meski demikian gempa itu memang menimbulkan kepanikan. "Alhamdulillah, sementara tidak ada laporan korban jiwa dan tidak adanya kerusakan parah di Banda Aceh. Sempat terjadi kepanikan," ujarnya.
Tak ada pernyataan himbauan agar masyarakat menjauhi maksiat dan bertaubat kepada Allah Swt, sebagaimana Amirul Mukminin Umar bin Khattab berpidato saat Madinah dilanda gempa. Saat itu Khalifah Umar mengatakan, "Wahai bumi adakah aku berbuat tidak adil?" lalu berkata lantang, "Wahai penduduk Madinah, adakah kalian berbuat maksiat? Tinggalkan perbuatan itu, atau aku akan meninggalkan kalian!".
Maksiat Sebab Bencana
Untuk mengetahui adakah hubungan antara bencana, apakah gempa bumi, banjir, tsunami, kelaparan, krisis pangan, kemarau berkepanjangan, tenggelamnya kapal, jatuhnya pesawat, dan sebagainya, saya ingin mengetengahkan kepada pembaca dua ayat dallam Al-Qur’an yang difirmankan Allah Swt dalam dua surat yang berbeda. Surat Ar-Ruum ayat 41 dan surat As-Syuura ayat 30.
Allah Swt berfirman dalam QS Ar-Ruum: 41, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Untuk memahami ayat itu, Ustadz Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam kitab tafsirnya, Shafwatut Tafasir, menjelaskan sebagai berikut:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, tampaklah musibah dan petaka di darat dan lautan karena perbuatan maksiat dan dosa umat manusia. Al-Baidhawi berkata: Yang dimaksudkan kerusakan adalah paceklik, banyak kebakaran, tenggelam, sirnanya berkah dan banyaknya kerugian karena maksiat manusia. Ibnu Katsir berkata, jelaslah bahwa kerusakan pada tanaman dan buha-buahan adalah akibat kemaksiatan manusia, sebab baiknya bumi dan langit adalah berkat ketaatan.
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, hal itu agar Allah membuat mereka merasakan sebagian akibat dari perbuatan mereka di dunia sebelum menghukum mereka semuanya dengan hal itu di akhirat.
agar mereka kembali (ke jalan yang benar), agar mereka bertaubat dan meninggalkan maksiat serta dosa yang ada pada mereka.
Sedangkan dalam QS Asy-Syuura ayat 30, Allah Swt berfirman: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar.”
Terhadap ayat ini, Ash-Shabuni menjelaskan: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, apa yang menimpa kalian wahai umat manusia berupa musibah jiwa atau harta adalah karena maksiat yang kalian lakukan. Imam Jalalain berkata, Allah menyebutkan ‘tangan’ sebab kebanyakan perbuatan dilakukan oleh tangan.
dan Allah memaafkan sebagian besar. Maksudanya adalah Allah memaafkan sebagian besar dosa, sehingga tidak menyiksa mereka karena dosa-dosa itu. Seandainya Allah menyiksa kalian karena apa yang kalian lakukan, tentu kalian binasa. Dalam hadits disebutkan, “Anak Adam tidak tertimpa cakaran kayu atau terpelesetnya telapak kaki maupun bergetarnya otot, kecuali karena dosa. Dan apa yang dimaafkan Allah Adalah lebih banyak." (Ibn Katsir menyatakan hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Hasan sebagai hadits mursal).
Dari dua ayat ini secara jelas dan gamblang dapat dipahami bahwa terjadinya musibah adalah karena kemaksiatan yang dilakukan oleh umat manusia.
Pemahaman Sahabat terhadap Musibah
Lantas, bagaimana pemahaman sahabat terhadap bencana?. Apakah mereka juga memahami bencana sebagai buah dari kemaksiatan atau seperti yang banyak dipahami kebanyakan orang pada zaman sekarang bahwa bencana hanyalah fenomena alam?.
Umar bin Khattab sebagaimana yang disebutkan di awal, jelas menyatakan bahwa bencana (gempa) adalah akibat kemaksiatan yang dilakukan penduduk Madinah. Sahabat Ka’ab bin Malik mempunyai pendapat yang mirip dengan Umar bin Khattab. “Tidaklah bumi bergoncang kecuali karena ada maksiat-maksiat yang dilakukan di atasnya. Bumi gemetar karena takut Rab-nya azza wajalla melihatnya”, kata Kaab.
Ka’ab menyebut bahwa goncangan bumi adalah bentuk gemetarannya bumi karena takut kepada Allah yang Maha Melihat kemaksiatan dilakukan di atas bumi-Nya.
Bagaimana dengan pendapat ummul mukminin Aisyah ra?.
Suatu saat Anas bin Malik bersama seseorang lainnya mendatangi Aisyah. Orang yang bersama Anas itu bertanya kepada Aisyah: Wahai Ummul Mukminin jelaskan kepadaku tentang gempa. Aisyah menjelaskan, “Jika mereka telah menghalalkan zina, meminum khamar dan memainkan musik. Allah azza wajalla murka di langit-Nya dan berfirman kepada bumi: "goncanglah mereka. Jika mereka taubat dan meninggalkan (dosa), atau jika tidak, Dia akan menghancurkan mereka.
Orang itu bertanya kembali: Wahai Ummul Mukminin, apakah itu adzab bagi mereka?. Aisyah menjawab, “Nasehat dan rahmat bagi mukminin. Adzab dan kemurkaan bagi kafirin.” Anas berkata: Tidak ada perkataan setelah perkataan Rasul yang paling mendatangkan kegembiraan bagiku melainkan perkataan ini.
Sangat jelas penjelasan Ummul Mukminin Aisyah tentang penyebab terjadinya gempa. Tiga kemaksiatan yang semuanya marak pada saat ini. Khusus untuk dosa yang pertama, Aisyah menggunakan kata istabahu yang artinya masyarakat telah menganggap zina itu mubah [lazim]. Zina tidak hanya dilakukan, tetapi telah dianggap mubah. Dari ucapan, tindakan, kebijakan sebuah masyarakat boleh dibaca bahwa mereka yang telah meremehkan dosa zina, memang layak dihukum dengan gempa.
Soal khamar (minuman keras), di negeri ini minuman haram, najis dan perbuatan syetan itu malah dilegalisasi dengan Keppres No. 3/1997. Akibatnya, minuman keras dengan kadar alkohol dibawah 5% kini bebas beredar di swalayan-swalayan kecil di pinggir jalan seperti di Alfamaret dan Indomaret. Anehnya, beberapa daerah yang memberlakukan Perda Anti Miras yang melarang peredaran Miras secara keseluruhan malah dianggap bertentangan dengan Keppres tersebut dan diminta oleh Kemendagri agar dicabut.
Soal musik. Industri musik di tanah air terus menggurita. Bukan hanya dari dalam negeri, musik-musik luar negeri juga membanjiri masyarakat. Konser-konser diselenggarakan. Bahkan dalam waktu dekat ini, akan diundang datang ke Indonesia seorang penyanyi ikon pornografi di AS sekaligus penyembah syetan, Lady Gaga. Demikian pula dengan serbuan boy band-boy band dari Korea yang seolah mampu menghipnotis sebagian besar putra-putri kaum muslimin. Pertunjukan mereka amatlah diminati. Bahkan penjualan tiket untuk konser mereka telah ludes beberapa bulan sebelum konser digelar. Padahal harga tiketnya juga tidak murah.
Ya, inilah semua kemaksiatan yang terjadi di negeri ini sebagaimana dikatakan ummul mukminin Aisyah ra. Belum lagi kemaksiatan yang lebih besar dari itu. Riba yang dilakukan oleh negara karena membayar cicilan bunga utang dalam jumlah ratusan triliyun, korupsi para penyelenggara negara hingga rencana menaikkan harga BBM. Semua itu adalah bentuk kemaksiatan dan kezhaliman yang dilakukan oleh pemerintah yang mampu mengundang bencana.
Pantaslah kalau Allah Swt terus menerus memberikan musibah kepada bangsa ini. Karena ternyata satu musibah saja tidak cukup membuat bangsa ini sadar dan bertaubat kepada-Nya. Selama kemaksiatan terus merajalela di permukaan bumi Indonesia, selama itu pula negeri ini akan terus dirundung musibah. Maka segeralah bertaubat.
Apa yang Harus Dilakukan?
Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, "Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, 'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.''
Khalifah Umar bin Abdul Aziz tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa kepemimpinannya. Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri. Inilah isi surat Khalifah Umar bin Abdul Azis setelah terjadi bencana: Amma ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya."
"Allah berfirman, 'Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang." (QS Al-A'laa [87]: 14-15). Lalu katakanlah apa yang diucapkan Adam AS (saat terusir dari surga), 'Ya Rabb kami, sesungguhnya kami menzalimi diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni dan menyayangi kami, niscaya kami menjadi orang-orang yang merugi."
"Dan katakan (pula) apa yang dikatakan Nuh AS, 'Jika Engkau tak mengampuniku dan merahmatiku, aku sungguh orang yang merugi'. Dan katakanlah doa Yunus AS, 'La ilaha illa anta, Subhanaka, Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim'."
Jika saja kedua Umar (Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Azis) saat ini bersama kita, mereka tentu akan marah dan menegur dengan keras, karena rentetan "peringatan" Allah itu tidak kita hiraukan bahkan cenderung diabaikan. Maka, sebelum Allah menegur kita lebih keras lagi, inilah saatnya kita menjawab peringatannya-Nya. Labbaika Ya Allah, kami kembali kepada-Mu. Insya Allah.
Redaktur Suara Islam Online
Gempa bumi berskala besar kembali melanda wilayah Aceh, Sumatera Utara, hingga ke bagian Selatan Thailand. Meski tidak menimbulkan tsunami seperti tahun 2004 lalu, gempa berkekuatan 8,5 skala richter itu dikabarkan telah menelan korban 10 orang meninggal. Demikian berdasarkan rilis yang dikeluarkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Jumat (13/4/2012). Selain korban meninggal, juga tercatat 4 orang luka berat dan 8 orang luka ringan.
Seperti yang sudah-sudah, musibah gempa yang terjadi tidak juga dijadikan sebagai sarana untuk introspeksi diri (muhasabah) dan bertaubat kepada Allah Swt. Banyak kalangan malah sibuk dengan analisa-analisa ilmiah di balik peristiwa gempa. Bahkan staf khusus presiden bidang bantuan sosial dan bencana, Andi Arif, dalam wawancara dengan sebuah stasiun televisi swasta nasional malah mencoba mencari-cari fakta sejarah yang mengungkapkan memang wilayah nusantara ini, termasuk Sumatera, rawan terhadap gempa.
SBY, sebagai atasan Andi Arif, tak jauh berbeda. Sesaat setelah terjadi gempa di Aceh menggelar konferensi pers. "Situasi sekarang sudah under controlled," kata SBY memberikan keterangan pers, di Jakarta, Rabu (11/4). Menurutnya, sejauh ini tidak ada laporan adanya korban jiwa.
SBY juga mengatakan, belum ada laporan tentang kerusakan bangunan. Meski demikian gempa itu memang menimbulkan kepanikan. "Alhamdulillah, sementara tidak ada laporan korban jiwa dan tidak adanya kerusakan parah di Banda Aceh. Sempat terjadi kepanikan," ujarnya.
Tak ada pernyataan himbauan agar masyarakat menjauhi maksiat dan bertaubat kepada Allah Swt, sebagaimana Amirul Mukminin Umar bin Khattab berpidato saat Madinah dilanda gempa. Saat itu Khalifah Umar mengatakan, "Wahai bumi adakah aku berbuat tidak adil?" lalu berkata lantang, "Wahai penduduk Madinah, adakah kalian berbuat maksiat? Tinggalkan perbuatan itu, atau aku akan meninggalkan kalian!".
Maksiat Sebab Bencana
Untuk mengetahui adakah hubungan antara bencana, apakah gempa bumi, banjir, tsunami, kelaparan, krisis pangan, kemarau berkepanjangan, tenggelamnya kapal, jatuhnya pesawat, dan sebagainya, saya ingin mengetengahkan kepada pembaca dua ayat dallam Al-Qur’an yang difirmankan Allah Swt dalam dua surat yang berbeda. Surat Ar-Ruum ayat 41 dan surat As-Syuura ayat 30.
Allah Swt berfirman dalam QS Ar-Ruum: 41, “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Untuk memahami ayat itu, Ustadz Muhammad Ali Ash-Shabuni dalam kitab tafsirnya, Shafwatut Tafasir, menjelaskan sebagai berikut:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, tampaklah musibah dan petaka di darat dan lautan karena perbuatan maksiat dan dosa umat manusia. Al-Baidhawi berkata: Yang dimaksudkan kerusakan adalah paceklik, banyak kebakaran, tenggelam, sirnanya berkah dan banyaknya kerugian karena maksiat manusia. Ibnu Katsir berkata, jelaslah bahwa kerusakan pada tanaman dan buha-buahan adalah akibat kemaksiatan manusia, sebab baiknya bumi dan langit adalah berkat ketaatan.
supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, hal itu agar Allah membuat mereka merasakan sebagian akibat dari perbuatan mereka di dunia sebelum menghukum mereka semuanya dengan hal itu di akhirat.
agar mereka kembali (ke jalan yang benar), agar mereka bertaubat dan meninggalkan maksiat serta dosa yang ada pada mereka.
Sedangkan dalam QS Asy-Syuura ayat 30, Allah Swt berfirman: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar.”
Terhadap ayat ini, Ash-Shabuni menjelaskan: Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, apa yang menimpa kalian wahai umat manusia berupa musibah jiwa atau harta adalah karena maksiat yang kalian lakukan. Imam Jalalain berkata, Allah menyebutkan ‘tangan’ sebab kebanyakan perbuatan dilakukan oleh tangan.
dan Allah memaafkan sebagian besar. Maksudanya adalah Allah memaafkan sebagian besar dosa, sehingga tidak menyiksa mereka karena dosa-dosa itu. Seandainya Allah menyiksa kalian karena apa yang kalian lakukan, tentu kalian binasa. Dalam hadits disebutkan, “Anak Adam tidak tertimpa cakaran kayu atau terpelesetnya telapak kaki maupun bergetarnya otot, kecuali karena dosa. Dan apa yang dimaafkan Allah Adalah lebih banyak." (Ibn Katsir menyatakan hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim dari Hasan sebagai hadits mursal).
Dari dua ayat ini secara jelas dan gamblang dapat dipahami bahwa terjadinya musibah adalah karena kemaksiatan yang dilakukan oleh umat manusia.
Pemahaman Sahabat terhadap Musibah
Lantas, bagaimana pemahaman sahabat terhadap bencana?. Apakah mereka juga memahami bencana sebagai buah dari kemaksiatan atau seperti yang banyak dipahami kebanyakan orang pada zaman sekarang bahwa bencana hanyalah fenomena alam?.
Umar bin Khattab sebagaimana yang disebutkan di awal, jelas menyatakan bahwa bencana (gempa) adalah akibat kemaksiatan yang dilakukan penduduk Madinah. Sahabat Ka’ab bin Malik mempunyai pendapat yang mirip dengan Umar bin Khattab. “Tidaklah bumi bergoncang kecuali karena ada maksiat-maksiat yang dilakukan di atasnya. Bumi gemetar karena takut Rab-nya azza wajalla melihatnya”, kata Kaab.
Ka’ab menyebut bahwa goncangan bumi adalah bentuk gemetarannya bumi karena takut kepada Allah yang Maha Melihat kemaksiatan dilakukan di atas bumi-Nya.
Bagaimana dengan pendapat ummul mukminin Aisyah ra?.
Suatu saat Anas bin Malik bersama seseorang lainnya mendatangi Aisyah. Orang yang bersama Anas itu bertanya kepada Aisyah: Wahai Ummul Mukminin jelaskan kepadaku tentang gempa. Aisyah menjelaskan, “Jika mereka telah menghalalkan zina, meminum khamar dan memainkan musik. Allah azza wajalla murka di langit-Nya dan berfirman kepada bumi: "goncanglah mereka. Jika mereka taubat dan meninggalkan (dosa), atau jika tidak, Dia akan menghancurkan mereka.
Orang itu bertanya kembali: Wahai Ummul Mukminin, apakah itu adzab bagi mereka?. Aisyah menjawab, “Nasehat dan rahmat bagi mukminin. Adzab dan kemurkaan bagi kafirin.” Anas berkata: Tidak ada perkataan setelah perkataan Rasul yang paling mendatangkan kegembiraan bagiku melainkan perkataan ini.
Sangat jelas penjelasan Ummul Mukminin Aisyah tentang penyebab terjadinya gempa. Tiga kemaksiatan yang semuanya marak pada saat ini. Khusus untuk dosa yang pertama, Aisyah menggunakan kata istabahu yang artinya masyarakat telah menganggap zina itu mubah [lazim]. Zina tidak hanya dilakukan, tetapi telah dianggap mubah. Dari ucapan, tindakan, kebijakan sebuah masyarakat boleh dibaca bahwa mereka yang telah meremehkan dosa zina, memang layak dihukum dengan gempa.
Soal khamar (minuman keras), di negeri ini minuman haram, najis dan perbuatan syetan itu malah dilegalisasi dengan Keppres No. 3/1997. Akibatnya, minuman keras dengan kadar alkohol dibawah 5% kini bebas beredar di swalayan-swalayan kecil di pinggir jalan seperti di Alfamaret dan Indomaret. Anehnya, beberapa daerah yang memberlakukan Perda Anti Miras yang melarang peredaran Miras secara keseluruhan malah dianggap bertentangan dengan Keppres tersebut dan diminta oleh Kemendagri agar dicabut.
Soal musik. Industri musik di tanah air terus menggurita. Bukan hanya dari dalam negeri, musik-musik luar negeri juga membanjiri masyarakat. Konser-konser diselenggarakan. Bahkan dalam waktu dekat ini, akan diundang datang ke Indonesia seorang penyanyi ikon pornografi di AS sekaligus penyembah syetan, Lady Gaga. Demikian pula dengan serbuan boy band-boy band dari Korea yang seolah mampu menghipnotis sebagian besar putra-putri kaum muslimin. Pertunjukan mereka amatlah diminati. Bahkan penjualan tiket untuk konser mereka telah ludes beberapa bulan sebelum konser digelar. Padahal harga tiketnya juga tidak murah.
Ya, inilah semua kemaksiatan yang terjadi di negeri ini sebagaimana dikatakan ummul mukminin Aisyah ra. Belum lagi kemaksiatan yang lebih besar dari itu. Riba yang dilakukan oleh negara karena membayar cicilan bunga utang dalam jumlah ratusan triliyun, korupsi para penyelenggara negara hingga rencana menaikkan harga BBM. Semua itu adalah bentuk kemaksiatan dan kezhaliman yang dilakukan oleh pemerintah yang mampu mengundang bencana.
Pantaslah kalau Allah Swt terus menerus memberikan musibah kepada bangsa ini. Karena ternyata satu musibah saja tidak cukup membuat bangsa ini sadar dan bertaubat kepada-Nya. Selama kemaksiatan terus merajalela di permukaan bumi Indonesia, selama itu pula negeri ini akan terus dirundung musibah. Maka segeralah bertaubat.
Apa yang Harus Dilakukan?
Imam Ibnul Qoyyim dalam kitab Al-Jawab Al-Kafy mengungkapkan, "Dan terkadang Allah menggetarkan bumi dengan guncangan yang dahsyat, menimbulkan rasa takut, khusyuk, rasa ingin kembali dan tunduk kepada Allah, serta meninggalkan kemaksiatan dan penyesalan atas kekeliruan manusia. Di kalangan Salaf, jika terjadi gempa bumi mereka berkata, 'Sesungguhnya Tuhan sedang menegur kalian'.''
Khalifah Umar bin Abdul Aziz tak tinggal diam saat terjadi gempa bumi pada masa kepemimpinannya. Ia segera mengirim surat kepada seluruh wali negeri. Inilah isi surat Khalifah Umar bin Abdul Azis setelah terjadi bencana: Amma ba'du, sesungguhnya gempa ini adalah teguran Allah kepada hamba-hamba-Nya, dan saya telah memerintahkan kepada seluruh negeri untuk keluar pada hari tertentu, maka barangsiapa yang memiliki harta hendaklah bersedekah dengannya."
"Allah berfirman, 'Sungguh beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan tobat ataupun zakat). Lalu, dia mengingat nama Tuhannya, lalu ia sembahyang." (QS Al-A'laa [87]: 14-15). Lalu katakanlah apa yang diucapkan Adam AS (saat terusir dari surga), 'Ya Rabb kami, sesungguhnya kami menzalimi diri kami dan jika Engkau tak jua ampuni dan menyayangi kami, niscaya kami menjadi orang-orang yang merugi."
"Dan katakan (pula) apa yang dikatakan Nuh AS, 'Jika Engkau tak mengampuniku dan merahmatiku, aku sungguh orang yang merugi'. Dan katakanlah doa Yunus AS, 'La ilaha illa anta, Subhanaka, Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim'."
Jika saja kedua Umar (Umar bin Khattab dan Umar bin Abdul Azis) saat ini bersama kita, mereka tentu akan marah dan menegur dengan keras, karena rentetan "peringatan" Allah itu tidak kita hiraukan bahkan cenderung diabaikan. Maka, sebelum Allah menegur kita lebih keras lagi, inilah saatnya kita menjawab peringatannya-Nya. Labbaika Ya Allah, kami kembali kepada-Mu. Insya Allah.
Muslimah Sejati Bergaul Secara Syar’i
Bergaul
dan memiliki banyak teman adalah fitrah setiap manusia, tak terkecuali
bagi para muslimah. Allah SWT pun menyampaikan hal ini dalam firman-Nya,
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. Al Hujurat:13)
Pergaulan dalam Islam
Dalam Islam, adab bergaul sangat diperhatikan. Betapa pentingnya adab dalam begaul, hingga Allah SWT mengutus Rasulullah saw untuk memberikan teladan dalam bergaul dengan sesama manusia.
Dari Aisyah ra. ketika ditanya akhlaq Nabi saw, beliau menjawab, “Akhlaq beliau (Nabi saw) adalah Al Qur’an.” Kemudian Aisyah ra. membacakan ayat yang artinya, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam:4)
Rasulullah saw bersabda,
“Bertaqwalah kalian kepada Allah di mana pun kamu berada, ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al-Hakim)
Hubungan yang terjadi antara seseorang dengan seorang yang lain tidak hanya berdasarkan nasab, tapi juga berdasarkan ikatan lain. Akan tetapi, di antara banyak ragam ikatan dalam hubungan antar manusia, yang paling mulia dan tinggi nilainya adalah ikatan berdasarkan aqidah. Kekuatan ikatan aqidah melebihi ikatan yang terjalin berdasarkan hubungan darah.
Allah SWT berfirman,
“Dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfak-kan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa Mahabijaksana.” (QS. Al-Anfal:63)
Hubungan yang terjadi atas kesatuan aqidah merupakan karunia terbaik dari Allah SWT yang harus senantiasa dijaga. Dengan ikatan ini, interaksi yang terjalin karena alasan lainnya dapat dihilangkan. Tidak ada lagi fanatisme kesukuan atau golongan yang merendahkan orang lain di luar kelompoknya. Hubungan ‘untung-rugi’ dengan latar belakang ekonomi tak lagi diperhitungkan. Permusuhan dan kebencian karena perbedaan dapat dimusnahkan lalu berganti dengan keikhlasan karena Allah SWT. Bukankah ini adalah nikmat yang luar biasa.
Bergaul yang Membawa ke Surga
Niat yang Lurus
Niat kita dalam bergaul pun mutlak harus diperhatikan. Karena jelas, hal itu akan menentukan berjalannya sebuah pertemanan antara seseorang dengan orang lain.
Berkenaan dengan niat, Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari-Muslim)
Merujuk pada hadits di atas, dalam berteman hendaknya kita berniat semata-mata karena Allah. Yaitu, menjadikan kawan sebagai penolong dalam urusan dunia maupun akhirat. Dan tentu saja juga sebagai pendukung dalam menaati hukum-hukum Allah agar selamat di dunia dan di akhirat.
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. Al Hujurat:13)
Pergaulan dalam Islam
Dalam Islam, adab bergaul sangat diperhatikan. Betapa pentingnya adab dalam begaul, hingga Allah SWT mengutus Rasulullah saw untuk memberikan teladan dalam bergaul dengan sesama manusia.
Dari Aisyah ra. ketika ditanya akhlaq Nabi saw, beliau menjawab, “Akhlaq beliau (Nabi saw) adalah Al Qur’an.” Kemudian Aisyah ra. membacakan ayat yang artinya, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam:4)
Rasulullah saw bersabda,
“Bertaqwalah kalian kepada Allah di mana pun kamu berada, ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Al-Hakim)
Hubungan yang terjadi antara seseorang dengan seorang yang lain tidak hanya berdasarkan nasab, tapi juga berdasarkan ikatan lain. Akan tetapi, di antara banyak ragam ikatan dalam hubungan antar manusia, yang paling mulia dan tinggi nilainya adalah ikatan berdasarkan aqidah. Kekuatan ikatan aqidah melebihi ikatan yang terjalin berdasarkan hubungan darah.
Allah SWT berfirman,
“Dan Dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfak-kan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Sungguh, Dia Mahaperkasa Mahabijaksana.” (QS. Al-Anfal:63)
Hubungan yang terjadi atas kesatuan aqidah merupakan karunia terbaik dari Allah SWT yang harus senantiasa dijaga. Dengan ikatan ini, interaksi yang terjalin karena alasan lainnya dapat dihilangkan. Tidak ada lagi fanatisme kesukuan atau golongan yang merendahkan orang lain di luar kelompoknya. Hubungan ‘untung-rugi’ dengan latar belakang ekonomi tak lagi diperhitungkan. Permusuhan dan kebencian karena perbedaan dapat dimusnahkan lalu berganti dengan keikhlasan karena Allah SWT. Bukankah ini adalah nikmat yang luar biasa.
Bergaul yang Membawa ke Surga
Niat yang Lurus
Niat kita dalam bergaul pun mutlak harus diperhatikan. Karena jelas, hal itu akan menentukan berjalannya sebuah pertemanan antara seseorang dengan orang lain.
Berkenaan dengan niat, Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari-Muslim)
Merujuk pada hadits di atas, dalam berteman hendaknya kita berniat semata-mata karena Allah. Yaitu, menjadikan kawan sebagai penolong dalam urusan dunia maupun akhirat. Dan tentu saja juga sebagai pendukung dalam menaati hukum-hukum Allah agar selamat di dunia dan di akhirat.
Dengan niat yang lurus ini, semoga Allah membimbing kita pada sahabat yang senantiasa membawa kebaikan dunia dan akhirat.
Pilih-pilih Teman
Pilih-pilih teman biasanya diidentikan dengan kesombongan. Maunya berteman dengan si anu, dan tidak mau dekat-dekat dengan si anu.
Benar, jika dalam urusan pilih-pilih teman ini kita sandarkan pada urusan dunia yang sifatnya materialistis. Misalnya, apakah kita berteman dengan seseorang karena dia kaya, cantik, punya status sosial yang tinggi, dan lain sebagainya. Tentu saja bukan karena hal-hal demikian kita diharuskan dalam memilih teman.
Islam menganjurkan agar kita hati-hati dalam memilih teman dengan tujuan agar kita tidak berteman melainkan dengan orang-orang mukmin yang shalih dan taat beragama. Sebab, tak dapat dipungkiri, teman cepat atau lambat akan memberikan pengaruh terhadap diri kita. Tabiat dan watak seseorang dapat terbentuk melalui pergaulan dan interaksi dengan lingkungan sekitar.
Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya perumpamaan teman baik dengan teman buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi maka dia akan menghadiahkannya kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapat aroma wanginya. Adapun pandai besi maka boleh jadi ia akan membakar tubuhmu atau pakaianmu atau engkau akan mencium bau busuk darinya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Lalu, bagaimana sebenarnya ciri teman yang baik? Yang pertama, tentunya ia haruslah seorang mukmin sebagaimana sabda Rasulullah saw,
“Janganlah kamu mengambil teman kecuali yang mukmin...” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud)
Karakteristik orang mukmin adalah sebagaimana yang digambarkan oleh Allah dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman (mukmin) adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” (QS. Al Anfal:2)
Yang kedua, ciri teman yang baik adalah yang berakhlaq mulia. Sangat penting menilai akhlaq seorang teman, sebab tabiat manusia memiliki kecenderungan untuk meniru orang yang ada di dekatnya. Ibnu Taimiyah berkata, “Sesungguhnya manusia itu seperti sekawanan burung, selalu tertarik untuk saling meniru satu sama lainnya.”
Akhlaq yang mulia mendatangkan kecintaan Allah dan juga kasih sayang manusia. Rasulullah saw bersabda,
"Kaum mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya, yang paling lapang dadanya, yang mudah bersahabat dan disahabati. Tidak ada kebaikan pada orang yang tidak bersahabat dan tidak disahabati.” (HR. Ath-Thabrani)
Pahami Hakikat Persaudaraan
Kunci utama dalam membina persahabatan adalah niat yang lurus untuk membangun ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah dengan memegang aqidah dan pedoman yang haq. Jika aqidah telah merasuk ke dalam hati maka akan membawa perasaan cinta dan bersaudara karena Allah semata.
Rasulullah saw bersabda,
“Seorang lelaki mengunjungi saudaranya (seiman) di kota lain. Lalu Allah mengirim seorang malaikat untuk mengikuti perjalanannya. Tatkala bertemu dengannya malaikat itu bertanya, ‘Kemanakah engkau hendak pergi?’ Ia menjawab, ‘Aku hendak mengunjungi saudaraku di kota ini.’ Malaikat itu bertanya lagi, ‘Adakah suatu keuntungan yang engkau harapkan darinya?’ Ia menjawab, ‘Tidak ada, hanya saja aku mencintainya karena Allah.’ Maka, malaikat itu berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu untuk menyampaikan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya karena Allah.’” (HR. Bukhari-Muslim)
Tidak terbantahkan lagi bahwa kunci yang paling penting dalam pertemanan adalah menghadirkan Allah dalam landasan hubungan dan kasih sayang di antara mereka. Sebab, Allah menetapkan cinta-Nya bagi orang yang saling mencintai karena Dia.
Agar Pergaulan Tak Jadi Sesalan
Pada akhirnya, kita akan mendapati bahwa teman yang tidak baik akan membawa temannya ke dalam keburukan di dunia dan mendorong ke dalam neraka di akhirat.
Teman
yang jahat akan membawa temannya ke jurang bencana dan mengantarkannya
ke neraka jahanam. Dan di akhirat mereka akan berubah menjadi musuh yang
saling menjatuhkan.Pilih-pilih Teman
Pilih-pilih teman biasanya diidentikan dengan kesombongan. Maunya berteman dengan si anu, dan tidak mau dekat-dekat dengan si anu.
Benar, jika dalam urusan pilih-pilih teman ini kita sandarkan pada urusan dunia yang sifatnya materialistis. Misalnya, apakah kita berteman dengan seseorang karena dia kaya, cantik, punya status sosial yang tinggi, dan lain sebagainya. Tentu saja bukan karena hal-hal demikian kita diharuskan dalam memilih teman.
Islam menganjurkan agar kita hati-hati dalam memilih teman dengan tujuan agar kita tidak berteman melainkan dengan orang-orang mukmin yang shalih dan taat beragama. Sebab, tak dapat dipungkiri, teman cepat atau lambat akan memberikan pengaruh terhadap diri kita. Tabiat dan watak seseorang dapat terbentuk melalui pergaulan dan interaksi dengan lingkungan sekitar.
Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya perumpamaan teman baik dengan teman buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Adapun penjual minyak wangi maka dia akan menghadiahkannya kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu akan mendapat aroma wanginya. Adapun pandai besi maka boleh jadi ia akan membakar tubuhmu atau pakaianmu atau engkau akan mencium bau busuk darinya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Lalu, bagaimana sebenarnya ciri teman yang baik? Yang pertama, tentunya ia haruslah seorang mukmin sebagaimana sabda Rasulullah saw,
“Janganlah kamu mengambil teman kecuali yang mukmin...” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud)
Karakteristik orang mukmin adalah sebagaimana yang digambarkan oleh Allah dalam firman-Nya,
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman (mukmin) adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka bertambah (kuat) imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” (QS. Al Anfal:2)
Yang kedua, ciri teman yang baik adalah yang berakhlaq mulia. Sangat penting menilai akhlaq seorang teman, sebab tabiat manusia memiliki kecenderungan untuk meniru orang yang ada di dekatnya. Ibnu Taimiyah berkata, “Sesungguhnya manusia itu seperti sekawanan burung, selalu tertarik untuk saling meniru satu sama lainnya.”
Akhlaq yang mulia mendatangkan kecintaan Allah dan juga kasih sayang manusia. Rasulullah saw bersabda,
"Kaum mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya, yang paling lapang dadanya, yang mudah bersahabat dan disahabati. Tidak ada kebaikan pada orang yang tidak bersahabat dan tidak disahabati.” (HR. Ath-Thabrani)
Pahami Hakikat Persaudaraan
Kunci utama dalam membina persahabatan adalah niat yang lurus untuk membangun ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan kepada Allah dengan memegang aqidah dan pedoman yang haq. Jika aqidah telah merasuk ke dalam hati maka akan membawa perasaan cinta dan bersaudara karena Allah semata.
Rasulullah saw bersabda,
“Seorang lelaki mengunjungi saudaranya (seiman) di kota lain. Lalu Allah mengirim seorang malaikat untuk mengikuti perjalanannya. Tatkala bertemu dengannya malaikat itu bertanya, ‘Kemanakah engkau hendak pergi?’ Ia menjawab, ‘Aku hendak mengunjungi saudaraku di kota ini.’ Malaikat itu bertanya lagi, ‘Adakah suatu keuntungan yang engkau harapkan darinya?’ Ia menjawab, ‘Tidak ada, hanya saja aku mencintainya karena Allah.’ Maka, malaikat itu berkata, ‘Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu untuk menyampaikan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintainya karena Allah.’” (HR. Bukhari-Muslim)
Tidak terbantahkan lagi bahwa kunci yang paling penting dalam pertemanan adalah menghadirkan Allah dalam landasan hubungan dan kasih sayang di antara mereka. Sebab, Allah menetapkan cinta-Nya bagi orang yang saling mencintai karena Dia.
Agar Pergaulan Tak Jadi Sesalan
Pada akhirnya, kita akan mendapati bahwa teman yang tidak baik akan membawa temannya ke dalam keburukan di dunia dan mendorong ke dalam neraka di akhirat.
Allah SWT berfirman,
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (QS.Az Zukhruf:67)
Seorang mukmin itu ibarat cermin bagi mukmin lainnya. Ketika ia melihat sahabatnya maka seolah-olah ia melihat dirinya sendiri.
Rasulullah saw bersabda,
“Mukmin itu ibarat cermin bagi mukmin lainnya yang senantiasa mencegah saudaranya dari kebangkrutan dan senantiasa melindunginya dari marabahaya.” (HR. Abu Dawud)
Teman yang baik akan mencegah kita dari kebangkrutan. Ia memberi nasehat berharga saat kita khilaf, menjaga dan membela kehormatan kita tatkala kita tak berada di sampingnya. Menghibur kita tatkala sedih dan membantu kita saat membutuhkan pertolongan. Walalupun tak berhubungan darah, tidak ada keuntungan harta yang diperoleh, dan tidak ada ikatan duniawi. Tujuannya, hanya ridho Allah di dunia dan di akhirat. Wallahu’alam bishowwab.
Jumat, 01 Februari 2013
Riba, Berkah Sedekah dan Laptop Merah
MEI 2012, Saya mengungkapkan pada istri kalau saya membutuhkan sebuah lap top untuk kerja. Bagi saya, seorang koresponden sebuah media, laptop bukan untuk gaya hidup, namun sebuah kebutuhan tidak terpisahkan.
Sebuah brosur penawaran cicilan computer portable ini sudah ada di tangan. Namun, ada beberapa kendala.
Pertama, tahun ini adalah tahun pelunasan hutang bagi keluarga saya. Baik hutang investasi dari bisnis-bisnis yang karam di tengah jalan ataupun hutang-hutang pribadi lainnya. Kedua, hal juga yang tidak kalah penting, yakni soal riba.Kegusaran hati untuk melepaskan diri dari riba telah menjadi bagian cita-citanya istri saya, wanita paling aku sayangi yang paling tidak setuju aku memutuskan mengambil computer dengan cara mencicil seperti tawaran dalam brosur. Akhirnya, memiliki sebuah laptop sendiri, menjadi bukan sesuatu hal urgent.
Akhirnya, aku harus bersabar lagi dan tetap pada kebiasaan lama, menulis berita liputan menunggu si kecil tidur pulas setiap malam, sekitar pukul 22.00 WIB. Biasanya, setelah jam itu lewat, aku segera lari menuju warnet.
Kesabaran adalah kunci, ketekunan adalah ikhtiar dan doa adalah pondasi dasar yang menguatkan. Tiba-tiba seorang sahabat meminjamkan sebuah laptop Toshiba seri lama.Akhirnya alat ini cukup membantuku untuk menulis berita.
Hanya saja, laptop merah di pamflet promosi itu terus menghantui saya. Aku sangat ingin sekali memilikinya. Maklum, aku memang pengagum warna merah.
Akhir Juni 2012, laptop pinjaman sahabat saya rusak. Layar monitor LCD gelap tak terlihat jelas tampilan windowsnya. Namanya juga sudah udzur, karena laptop ini memang sudah lama. Sahabat saya, Abu Sofian membelinya ketika saat itu model ini baru keluar sekitar 3-4 tahun lalu.Akhirnya, saya harus kembali ke warnet lagi.
Bulan Juli 2012 menjadi kisahnya tersendiri. Tak disangka, beritaku ibarat air, tiba-tiba telah mencapai angka 84 berita. Subhanallah. Alku sendiri kaget hingga bisa sebanyak itu.Memang, setiap bangun tidur dan setelah selesai semua urusan, yang ada dalam otakku adalah apa yang harus aku tulis hari ini untuk ‘melayani’ umat dengan informasi terakurat dan terbaru.
Iseng-iseng, aku coba lagi laptop sahabatku yang rusak windows nya itu dan menyambungnya pada sebuah kabel di tabung monitor PC yang tidak terpakai. Ajaib, monitor itu ‘akur’ alias mau bekerjasama. Betapa gembiranya, monitor itu akhirnya nyala. Jadilah aku bisa kembali bekerja tanpa perlu ke warnet. Aku bisa memulai awal Ramadhan ini dengan begitu padat. Keluar-masuk masjid dan memantau kegiatan ibadah umat Islam di bulan penuh berkah ini.
Sedekah dan Dakwah
Suatu hari aku diminta seorang sahabat menjadi pembicara di sebuah kajian di bilangan Kalibata, Jakarta Selatan. Pekan itu, ada dua undangan untukku menjadi pembicara. Padahal, biasanya, aku adalah orang yang menutup diri dari aktivitas menjadi pembicara. Aku bahkan banyak menolaknya. Namun untuk sahabat satu ini, rupanya aku tidak bisa menolak permintaannya.
Akhirnya, satu acara aku alihkan pada seorang teman, dia lebih senior dariku. Menariknya dalam akhir acara temanku yang lebih senior itu tiba-tiba disodori amplop oleh panitia. Di depan mata dan kepala saya, ia menolaknya.
“Tidak usah ah, kasih yang lain aja,” ujarnya. Meski terus dipaksa, dia tetap menolak.
Malamnya saya mempersiapkan materi undangan di Kalibata. Sebab, besok pagi, aku harus menjadi pengisi materi.
Malam itu, otakku seolah terpecah. Mulai dari tanggung jawab sebagai kontributor, tugas-tugas lain, hingga kurang uang untuk membayar kontrakan rumah yang sudah masuk deadline.
Paginya, usai memberikan materi, seorang panitia mendekati saya dan menyodorkan amplop.
Pada menit pertama amplop disodorkan, otak dan batin saya bertempur. Aku teringat sahabat saya yang menolak amplop kemarin. Selain itu, saya tahu komunitas kajian ini juga butuh dana dakwah untuk kegiatannya.
Di sisi lain, otak saya bicara bahwa enam hari lagi saya harus membayar kontrakan rumah. Setumpuk bisikan pro dan kontra datang di hati dan otak saya saat itu.
Bismillahirahmanirrahim, sayapun memutuskan untuk menolak amplop itu dengan berat hati.
Di atas motor, istri saya bertanya,“Tadi dikasih amplop, tapi kenapa ditolak?
“Tidak apa-apa, kita sedekahin aja ya, InsyaAllah nanti Allah akan mengganti yang lebih baik,” begitu jawabku.
“Iya,” jawab istriku sambil menggendong si Kecil.
Tak Ada Hidup yang Susah
Ramadhan ini saya hanya fokus pada perbaikan diri, mengurus keluarga dan menuntaskan tugas-tugas kerja. Saya bahkan mulai lupa laptop merah, hingga suatu hari, seorang sahabat saya memotretku saat bekerja yang baginya mungkin sebuah kelucuan. Di mana keyboard ku menggunakan laptop rusak, tapi layarnya menggunakan sebuah PC.
Rupanya, usai memotret itu, ia memuatnya di sebuah laman Facebook (FB).
Beberapa orang memberi apresiasi. Ada yang memberi komentar atau memberi tanda jempol. Namun giliran komentar berikutnya datang dari seorang sahabat, seorang pengusaha muda dan aktivis Muslim.
“Berapa nomor rekeningnya,” begitu komentarnya sangat pendek.
Rupanya, pria yang tinggal Yogyakarta itu ternyata tidak main-main dengan omongannya. Sore hari, saya dapati ada uang transfer di rekeningku yang cukup banyak.
Kaget juga, uang siapa ini? siapa yang transfer? untuk apa? Sampai di situ aku masih tidak terlalu serius menanggapi komentar sang pengusaha muda ini. Setelah aku kroscek, rupanya benar. Dialah yang transfer uang itu. Ia hanya berpesan agar uang itu dibelikan laptop.
Sambil pulang, aku langsung mencairkan semua uang itu melalui ATM. Searah perjalan, ada sebuah toko khusus menjual laptop dan sparepart komputer. Saya mampir dan di ujung toko itu persis ada laptop berwarna merah yang pernah aku impikan. Persis, seperti laptop di pamflet promosi cicilan sebulan lalu. Tanpa pikir panjang, saya tanya ke kasir.
“Berapa harga barang itu mbak?” tanyaku.
Betapa kagetnya, ternyata harnya sama dengan harga di brosur yang pernah aku pegang bulan lalu.
Tanpa panjang pikir, aku memutuskan membeli laptop itu. Dengan sedikit tambahan dari tabungan saya. Dan aku akhirnya membawa pulang laptop baru.
Rupanya, di rumah, istriku lebih kaget lagi.
“Ini apa? Kamu dapat uang darimana lagi?” tanyanya dengan nada kritis.
Setelah aku jelaskan, akhirnya mata wanita terbaik dalam hidupku inipun seketika basah. Hangat dia memeluk saya. Saya kagum istriku dia menjaga saya untuk menjauhi budaya-budaya riba. Hingga aku teringat nasehat seorang ulama di sebuah gerakan Islam yang telah tiada, “Kejarlah Akhiratmu, Niscara dunia akan mengejarmu.”
Sampai di sini sesungguhnya aku tidak tahu semua kejadian ini. Aku hanya teringat amplop yang saya tolak saat mengisi kajian itu. Saya merasakan kekuatan sedekah untuk kesekian kali. Selama ini aku tidak minta banyak hal dari Allah, apalagi mengecilkan pemilik Arsy ini. Aku juga tidak pernah berdoa kepadaNya hanya untuk meminta laptop. Namun aku selalu berdoa padaNya agar IA memaafkan dosa-dosaku, Kalaupun ada doa menyangkut kebutuhanku, biasanya aku selalu berdoa, “Ya Allah cukupilah kebutuhanku.”
Subhanallah, pada kondisi-kondisi yang tepat, justru Allah tak pernah menelantarkan saya dari kebutuhan hidup ini. Semuanya cukup.
Ya Rabb, Tak ada pelarian terbaik selain menangis dihadapanMu. Tak ada kekuatan terbaik selain berasal dariMu. Tak ada penghiburan terbaik selalu menikmati sajian ayat-ayatMu.
Ya Rabb, ajarkan dan kuatkanlah kami. Agar kami tidak termasuk orang-orang yang suka mendustakan nikmatMu.
Hikmah
Pelajaran dari kisah ini adalah, sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala telah “membeli” dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan syurga untuk mereka. (At Taubáh: 111)
Sesungguhnya Allah mencatat setiap amal kebaikan dan amal keburukan.Kata Nabi,orang yang meniatkan sebuah kebaikan, namun tidak mengamalkannya, Allah mencatat baginya satu pahala kebaikan sempurna. Sedang orang yang meniatkan sebuah kebaikan, lalu mengamalkannya, Allah mencatat pahala baginya 10 sampai 700 kali lipat banyaknya.
“Barangsiapa datang dengan (membawa) satu kebaikan, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat.” (Q.S. Al-An’am : 160)
Dari Pelayan Kuil Hindu Menjadi Hamba Allah
Hidayatullah.com--Usai
menunaikan shalat isya, Abdul Rahman, seorang warga India berusia 40an
tahun duduk memegang sebuah pena sambil berpikir di ruangannya.
Kepalanya penuh ide untuk buku yang sedang ditulisnya berjudul “Pandit bane Musalmaan” (pendeta Hindu menjadi Muslim) dalam bahasa Hindi.
Pria ini bekerja sebagai penjaga gudang di Binladin BTAT Construction Company yang menggarap Proyek Waqaf Raja Abdulaziz di depan Masjidil Haram, Makkah.
Sebelum tiba di Jeddah pada 21 Mei 2002 dan memeluk Islam, Abdul Rahman dikenal dengan nama Sushil Kumar Sharma. Dia berasal dari Amadalpur, sebuah desa kecil di sebelah utara negara bagian Haryana. Dia dilahirkan dalam sebuah keluarga Hindu Orthodoks yang bertugas menyelenggarakan ucapara keagamaan di kuil desa.
Saat berada di asrama yang disediakan perusahaannya di Jeddah, salah seorang temannya memberikan buku-buku Islam dalam bahasa Hindi.
Kemudian, Abdul Rahman dipindahtugaskan ke Riyadh untuk menggarap proyek Universitas Putri Noura, perguruan tinggi khusus wanita terbesar di dunia.
Teman-teman satu asramanya yang memperkenalkan Islam kepada Abdul Rahman. Terutama teman satu kamarnya asal Rajastan (negara bagian di baratlaut India), Salim.
Sahabatnya itu sering menceritakan kisah-kisah nabi Islam dan menyampaikan hadits-hadits Nabi Muhammad saat mereka istirahat atau di waktu luang.
“Hatiku bergetar. Aku mulai bertanya pada diri sendiri, apa yang akan terjadi padaku setelah mati? Apakah dosa-dosaku akan memasukkanku ke dalam neraka? Aku takut akan azab kubur yang ditimpakan kepada orang-orang yang berdosa dan kafir,” kenangnya.
“Aku jadi mulai sulit tidur. Aku tahu itu adalah saatnya untuk menjadi pengikut sejati Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Setidaknya, pencarianku akan kebenaran akan berakhir di sini.”
“Keesokan harinya aku menceritakan tentang keinginanku untuk memeluk Islam kepada Salim dan teman-teman lain di kamp. Semua orang menjadi gembira, mereka memelukku dan memberiku selamat.”
Abdul Rahman melihat Islam sebagai agama yang mengakui persaudaraan universal. Dalam Islam tidak ada kasta, tidak ada peredaan warna kulit, ras, ataupun asal-usul seseorang. “Itulah yang menarikku masuk Islam,” ujarnya.
Di Kantor Dakwah di Al-Batha, Riyadh, Sushil Kumar kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat dengan bimbingan imam masjid di kamp tempat tinggalnya. Sushil Kumar lalu mengganti namanya dengan Abdul Rahman, seperti saran imam tersebut.
Setelah itu Abdul Rahman dipindah ke proyek jalan raya di Bahra, dekat jalan yang menghubungkan Makkah-Jeddah. Pimpinan proyek di sana sangat baik kepada Abdul Rahman, karena mengetahui dia adalah seorang mualaf.
“Tapi aku sangat ingin berada dekat Allah. Aku berdoa agar dipindah ke Makkah,” kata Abdul Rahman.
Ternyata doanya itu terkabul, dia pun kemudian dipindah ke Proyek Waqaf yang berada tepat di depan Masjidil Haram.
“Sekarang aku punya tugas besar; mengajak keluargaku memeluk Islam,” kata Abdul Rahman yang memiliki seorang istri dan dua orang putra berusia remaja.
“Aku sudah menyampaikan kepada mereka lewat telepon bahwa aku sudah menerima Islam dan menjadi Muslim. Awalnya mereka tidak percaya. Istriku berkata bahwa dia akan membuat keputusan jika aku kembali ke India saat liburan. Setiap hari aku berdoa meminta agar Allah menunjukkan kepada mereka jalan yang benar dan melebutkan hatinya agar menerima Islam,” kata Abdul Rahman dengan air mata berlinang.
“Aku juga mungkin akan menghadapi banyak tentangan dari saudara, teman dan warga desa. Tapi aku bersikukuh untuk menghadapi mereka. Aku yakin Allah akan membantuku.”
Abdul Rahman mengajak non-Muslim agar menerima Islam, agar sukses dunia dan akhirat.
“Yang juga menyedihkan adalah aku melihat begitu banyak Muslim tidak menjalankan Islam sebagaimana diajarkan Nabi Muhammad. Aku mengajak mereka agar berhenti dari meniru orang lain,” pungkas Abdul Rahman.*
Pria ini bekerja sebagai penjaga gudang di Binladin BTAT Construction Company yang menggarap Proyek Waqaf Raja Abdulaziz di depan Masjidil Haram, Makkah.
Sebelum tiba di Jeddah pada 21 Mei 2002 dan memeluk Islam, Abdul Rahman dikenal dengan nama Sushil Kumar Sharma. Dia berasal dari Amadalpur, sebuah desa kecil di sebelah utara negara bagian Haryana. Dia dilahirkan dalam sebuah keluarga Hindu Orthodoks yang bertugas menyelenggarakan ucapara keagamaan di kuil desa.
Saat berada di asrama yang disediakan perusahaannya di Jeddah, salah seorang temannya memberikan buku-buku Islam dalam bahasa Hindi.
Kemudian, Abdul Rahman dipindahtugaskan ke Riyadh untuk menggarap proyek Universitas Putri Noura, perguruan tinggi khusus wanita terbesar di dunia.
Teman-teman satu asramanya yang memperkenalkan Islam kepada Abdul Rahman. Terutama teman satu kamarnya asal Rajastan (negara bagian di baratlaut India), Salim.
Sahabatnya itu sering menceritakan kisah-kisah nabi Islam dan menyampaikan hadits-hadits Nabi Muhammad saat mereka istirahat atau di waktu luang.
“Hatiku bergetar. Aku mulai bertanya pada diri sendiri, apa yang akan terjadi padaku setelah mati? Apakah dosa-dosaku akan memasukkanku ke dalam neraka? Aku takut akan azab kubur yang ditimpakan kepada orang-orang yang berdosa dan kafir,” kenangnya.
“Aku jadi mulai sulit tidur. Aku tahu itu adalah saatnya untuk menjadi pengikut sejati Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Setidaknya, pencarianku akan kebenaran akan berakhir di sini.”
“Keesokan harinya aku menceritakan tentang keinginanku untuk memeluk Islam kepada Salim dan teman-teman lain di kamp. Semua orang menjadi gembira, mereka memelukku dan memberiku selamat.”
Abdul Rahman melihat Islam sebagai agama yang mengakui persaudaraan universal. Dalam Islam tidak ada kasta, tidak ada peredaan warna kulit, ras, ataupun asal-usul seseorang. “Itulah yang menarikku masuk Islam,” ujarnya.
Di Kantor Dakwah di Al-Batha, Riyadh, Sushil Kumar kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat dengan bimbingan imam masjid di kamp tempat tinggalnya. Sushil Kumar lalu mengganti namanya dengan Abdul Rahman, seperti saran imam tersebut.
Setelah itu Abdul Rahman dipindah ke proyek jalan raya di Bahra, dekat jalan yang menghubungkan Makkah-Jeddah. Pimpinan proyek di sana sangat baik kepada Abdul Rahman, karena mengetahui dia adalah seorang mualaf.
“Tapi aku sangat ingin berada dekat Allah. Aku berdoa agar dipindah ke Makkah,” kata Abdul Rahman.
Ternyata doanya itu terkabul, dia pun kemudian dipindah ke Proyek Waqaf yang berada tepat di depan Masjidil Haram.
“Sekarang aku punya tugas besar; mengajak keluargaku memeluk Islam,” kata Abdul Rahman yang memiliki seorang istri dan dua orang putra berusia remaja.
“Aku sudah menyampaikan kepada mereka lewat telepon bahwa aku sudah menerima Islam dan menjadi Muslim. Awalnya mereka tidak percaya. Istriku berkata bahwa dia akan membuat keputusan jika aku kembali ke India saat liburan. Setiap hari aku berdoa meminta agar Allah menunjukkan kepada mereka jalan yang benar dan melebutkan hatinya agar menerima Islam,” kata Abdul Rahman dengan air mata berlinang.
“Aku juga mungkin akan menghadapi banyak tentangan dari saudara, teman dan warga desa. Tapi aku bersikukuh untuk menghadapi mereka. Aku yakin Allah akan membantuku.”
Abdul Rahman mengajak non-Muslim agar menerima Islam, agar sukses dunia dan akhirat.
“Yang juga menyedihkan adalah aku melihat begitu banyak Muslim tidak menjalankan Islam sebagaimana diajarkan Nabi Muhammad. Aku mengajak mereka agar berhenti dari meniru orang lain,” pungkas Abdul Rahman.*
Langganan:
Postingan (Atom)