Sabtu, 23 Februari 2013

Umar bin Khathab Melenyapkan Gadis Persembahan untuk Sungai Nil

Salah satu fungsi negara (daulah) dalam Islam adalah untuk menjaga agama (al-muhafazhah ala ad-din). Pada zaman Khulafaur Rasyidin hal ini menjadi perhatian yang sangat serius. Negara benar-benar menjadi perisai, pelindung umat dari ajaran-ajaran yang menyesatkan.

Salah satu contoh penjagaan akidah umat adalah kisah yang pernah terjadi pada masa kepemimpinan Amirul Mukminin Umar bin Khathab. Khalifah Umar telah mendorong rakyat untuk menganut akidah Islam yang benar dan murni, memerangi syubhat-syubhat yang didakwahkan para pelaku penyimpangan dan membantah tipuan-tipuan para musuh Islam yang menyiarkan ajaran-ajaran menyimpang dan aneka ragam khurafat.

Salah satu buktinya diceritakan Doktor Muhammad Ash-Shalabi dalam salah satu kitabnya, Syakhsiyatu Umar wa Aruhu. Peristiwa ini terjadi di Mesir saat wilayah itu dipimpin oleh gubernur (wali) Amr bin Al-‘Ash.

Amr bin Al-Ash’ pernah melayangkan sepucuk surat kepada Khalifah Umar. Dalam surat tersebut, Amr menginformasikan kepada Umar mengenai tradisi penduduk Mesir yang biasa melemparkan seorang gadis ke sungai Nil setiap tahun sebagai tumbal. Hal itu dilakukan karena sungai Nil tidak megeluarkan air setetes pun.

Penduduk Mesir mengatakan kepada Amr bin Al-‘Ash, “Wahai gubernur Amr, sungai Nil kami ini memiliki sebuah tradisi dan ia tidak akan mengalirkan air kecuali dengannya.” “Apa tradisi itu”, tanya Amr. Mereka kemudian menjawab, “Bila dua belas malam berlalu dari bulan ini, maka kami akan mengambil seorang gadis perawan dari kedua orang tuanya. Kami berusaha membujuk kedua orang tuanya agar mereka mau menyerahkan gadis mereka kepada kami. Gadis itu akan kami lengkapi dengan perhiasan dan pakaian yang paling bagus. Kemudian kami melemparkan gadis itu ke sungai Nil ini.”

Kemudian Amr mengatakan kepada mereka, “Tradisi semacam ini tidak diperkenankan dalam agama Islam. Islam telah melenyapkan tradisi-tradisi ini sebelum Islam”, kata Amr. Artinya, sesuai ajaran Islam, Amr telah melarang tradisi syirik itu.

Para penduduk Mesir tetap berdiam di tepi sungai Nil, dan ternyata sungai Nil memang benar-benar tidak mengalirkan air setetes pun sampai mereka bubar.

Atas kejadian ini Amr bin Al-‘Ash kemudian melayangkan sepucuk surat kepada Amirul Mukminin Umar bin Khathab untuk melaporkan hal tersebut. Lalu Umar membalas surat Amr. Dalam suratnya, Umar mengatakan kepada Amr, “Apa yang telah Anda lakukan sudah benar. Aku telah kirimkan kepada Anda sebuah kartu yang kuselipkan ke dalam suratku. Lemparkanlah kartu itu ke sungai Nil!”. Setelah surat Umar itu sampai, Amr mengambil kartu tersebut.

Apa yang dituliskan Umar dalam kartu tersebut?. Ternyata Umar menulis, “Dari hamba Allah, Umar, Amirul Mukminin, ditujukan kepada sungai Nil, penduduk Mesir. Amma ba’du. Bila engkau, wahai Sunggai Nil, mengalir atas dasar kemauan dan kehendakmu, maka janganlah engkau mengalir. Kami tidak membutuhkanmu. Bila engkau mengalir dengan perintah Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa dan Dia-lah yang membuatmu mengalirkan air, maka kami memohon kepada Allah agar Dia mengalirkanmu”.

Amr lalu melemparkan kartu itu ke sungai Nil. Saat itu, bertepatan dengan hari Sabtu. Atas izin Allah Swt, saat itu juga air mengalir di sungai Nil. Allah Swt telah mengalirkan sungai Nil sepanjang 16 ela (1 ela = 45 inci) setiap malam. Melalui peristiwa ini Allah Swt telah melenyapkan tradisi buruk ini dari penduduk Mesir hingga saat ini.

Dalam kartu tersbut, Umar telah menjelaskan makna-makna tauhid, bahwa sungai Nil hanya mengalir karena kehendak dan kekuasaan Allah Swt. Umar telah menyingkap kepada penduduk Mesir tentang kepalsuan akidah mereka yang rusak, yang telah tertanam dalam benak mereka. Dengan tindakan Umar yang bijaksana ini, beliau telah berhasil melenyapkan keyakinan khurafat dari penduduk Mesir. Kisah ini sekaligus menunjukkan adanya kemuliaan (karamah) yang dianugerahkan Allah Swt kepada Umar yang tidak dimiliki oleh sahabat lainnya.

Inilah teladan dari Umar bin Khaththab, Amirul Mukminin. Penguasa-penguasa kamu muslimin saat ini hendaknya meniru Umar dengan menjaga akidah umat dari pemahaman-pemahaman yang menyimpang dan menyesatkan. Tradisi-tradisi syirik yang berlaku di masyarakat mestinya segera dilenyapkan dan diganti dengan pemahaman yang lurus, bukan malah dilestarikan dan dijadikan lahan pariwisata.

Insya Allah jika penguasa sekarang bersikap dan bertindak seperti Umar, niscaya negeri ini menjadi negeri yang berkah dan makmur, negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Bukan negeri yang selalu dirundung bala’, musibah dan bencana. Wallahu a’lam bishshawab.

(shodiq ramadhan)

http://www.suara-islam.com

Senin, 11 Februari 2013

Husnuzhon (Baik sangka): Cara mudah meraih jannah

(Arrahmah.com) –  Husnuzhon, mudah dikatakan, sangat sulit diamalkan dan banyak disepelekan.
Dari Anas Bin Malik Radhiyallohu ‘Anhu belia meriwayatkan :
Suatu ketika kami sedang duduk-duduk bersama Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wasallam tiba-tiba-tiba beliau bersabda :
يَطْلُعُ عَلَيْكُمُ الآنَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ
“Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki ahli surga”.
Tidak lama kemudian datanglah seseorang –yang tidak begitu dikenal- dari kalangan Anshar, yang jenggotnya masih basah dengan air wudhu’ sambil menenteng sandal di tangan kirinya.
Keesokan harinya kami duduk-duduk bersama Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wasallam dan beliau mengatakan hal sama lalu muncul orang yang sama dengan melakukan hal yang sama pula. Demikian terjadi hingga tiga hari berturut-turut. Ketika Rasulullah berdiri dari tempat duduk beliau Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti laki-laki tersebut seraya berkata :
“Aku sedang bertengkar dengan ayahku dan aku bersumpah tidak akan pulang ke rumah sampai tiga hari ini. Bolehkah aku menginap di rumahmu wahai saudaraku ?” Orang itu ternyata mengijinkan.
Kemudian Anas bin Malik melanjutkan :
“Setelah Abdullah bin Amr bin Ash menginap selama tiga hari, ia pun menceritakan apa yang dilihatnya. Ternyata ia tidak melihat orang itu bangun malam untuk sholat tahajjud, kecuali hanya terjaga sebentar lalu tidur lagi. Dan setiap kali ia terjaga, ia hanya berdzikir dan bertakbir lalu kembali tidur hingga datang waktu sholat Shubuh.
Selama tiga hari berturut-turut setiap kali engkau datang ke masjid, Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wasallam selalu bersabda :
“Sebentar lagi akan datang seorang laki-laki ahli surga”, maka aku sangat ingin mengetahui amal ibadah apa yang telah engkau lakukan sehingga aku bisa menirumu. Tetapi selama tiga hari ini aku bersamamu aku tidak melihat sesuatu yang istimewa dari dirimu”.
Apa sebenarnya yang telah engkau lakukan sehingga Rasulullah Shollallohu ‘alaihi Wasallam berkata seperti itu ?”.
“Memang tidak ada yang istimewa dalam diriku kecuali yang telah engkau saksikan sendiri selama tiga hari ini”. Jawab orang itu.
“Maka aku pun segera pergi meninggalkan orang itu”, kata Abdullah bin Amr Amr bin Ash. Seketika itu ia memanggilku dan berkata :
مَا هُوَ إِلاَّ مَا رَأَيْتَ غَيْرَ أَنِّى لاَ أَجِدُ فِى نَفْسِى لأَحَدٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ غِشًّا وَلاَ أَحْسُدُ أَحَداً عَلَى خَيْرٍ أَعْطَاهُ اللَّهُ إِيَّاهُ
“Tidak Ada yang istimewa dalam diriku kecuali yang telah engkau saksikan sendiri selama tiga hari ini, hanya saja tidak pernah terdetik sedikit pun dalam hatiku buruk sangka terhadap saudaraku sesama Muslim dan Aku tidak pernah merasa iri terhadap nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada seserorang di antara mereka”.
Abdullah bin Amr Amr bin Ash pun menjawab :
هَذِهِ الَّتِى بَلَغَتْ بِكَ وَهِىَ الَّتِى لاَ نُطِيقُ
“Inilah kelebihan yang engkau miliki dan yang tidak mungkin dapat kami lakukan”.
(HR Ahmad dan Nasa’i dan dinyatakan Shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth berdasar syarat-syarat Bukhari & Muslim)
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آَمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS Al Hasyr 10).

Minggu, 10 Februari 2013

Internet Membuat Siswa AS Sulit Konsentrasi dan Berdaya Ingat Pendek

Hidayatullah.com--Guru-guru mengatakan, zaman digital mempunyai pengaruh baik dan kurang baik pada generasi remaja belasan tahun Amerika. Lebih dari 2.000 guru SMP dan SMA mengikuti survei online melalui internet. Para peneliti juga berbicara dengan guru-guru dalam kelompok-kelompok inti.

Tujuh puluh lima persen guru mengatakan, internet dan mesin-mesin pencari digital mempunyai pengaruh yang “pada umumnya positif” pada kebiasaan dan keterampilan siswa-siswa mereka dalam melakukan penelitian. Tetapi,  87 persen guru sepakat bahwa teknologi ini menciptakan generasi yang “sulit berkonsentrasi dan memiliki daya ingat yang pendek”. Enam puluh empat persen mengatakan, teknologi ini “mengurangi konsentrasi murid-murid dan bukannya membantu mereka secara akademis”.

Banyak siswa berpikiran bahwa “melakukan penelitian”  berarti hanya mencari informasi cepat lewat Google.

Proyek Internet PEW melakukan survei itu bersama College Board dan National Writing Project. Kebanyakan guru memberi pelajaran pada murid-murid yang masuk kelas khusus yang disebut Advanced Placement atau Penempatan Tingkat Lanjut, dan memberi pelajaran tingkat perguruan tinggi bagi siswa-siswa SMA.

Judy Buchanan, Wakil Direktur National Writing Project dan salah seorang penulis laporan tersebut, mengatakan, peralatan riset digital membantu siswa lebih banyak dan lebih cepat belajar.

“Guru-guru sangat senang dengan alat-alat ini karena membuat belajar menyenangkan dan mengasyikkan. Remaja menyukai alat-alat ini. Tetapi, tujuannya adalah  membantu mereka membuat tulisan yang penuh arti, bukan hanya untuk sekedar pengetahuan untuk diri sendiri,”dikutip voaindonesia.com, Rabu (30/01/2013).

Satu masalah lain yang didapati survei itu adalah banyak murid tidak mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan teknologi digital. Dengan kata lain, mereka sangat percaya pada informasi yang mereka dapatkan di internet.

Buchanan mengatakan siswa-siswa ini tidak mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan untuk menilai mutu informasi di internet.
“Banyak yang harus dipelajari tentang bagaimana mengetahui sumber-sumber yang dapat dipercaya. Ini sesuatu yang harus diajarkan dan diperhatikan.

Seperti juga hal-hal lain di dunia, di mana sesuatu bisa terjadi dengan cepat, kita perlu memiliki cara untuk  menilai kembali, memikirkan, dan menganalisis informasi yang kita peroleh. Para guru bisa mengajarkan hal itu”.

Persoalan lain yang ditemukan dalam survei tersebut adalah  cepatnya menemukan informasi di internet. Para guru mengatakan, akibatnya adalah berkurangnya minat dan kemampuan murid untuk bekerja keras mencari jawaban yang tepat. Mereka mengatakan, para siswa terlalu  tergantung pada mesin pencari atau internet dan  tidak menggunakan cukup banyak buku-buku  atau  mencari bahan-bahan di perpustakaan.

Banyak guru juga khawatir bahwa internet memudahkan  murid-murid untuk menyalin atau mengutip karya orang lain, bukannya menggunakan kemampuan mereka sendiri.*

Asma Assad Ancam Akan Menghabisi Rakyat Suriah!!

Sejumlah berita menegaskan bahwa bahwa Asma Assad, istri Presiden Suriah bersumpah untuk melakukan genosida dan pembunuhan terhadap para pejuang revolusi. Bahkan pada saat yang sama ia menegaskan bahwa rezim Suriah tidak akan runtuh, dan akan segera mengumumkan kemenangannya dalam perang saudara ini, serta menegaskan bahwa kelompok oposisi secara eksklusif terdiri dari para ekstrimis yang didanai oleh pihak asing.
Perlu dicatat bahwa Asma Assad adalah penganut Sunni dari kota Homs, dan menikah secara ilegal dengan Bashar al-Assad yang menganut Syiah Nashiriyah tahun 2000. Namun demikian, ia tetap setia dengan suaminya, dan juga mengumumkan dukungannya terhadan semua aksi penindasan dan kejahatan genosida yang dilakukan suaminya terhadap rakyat Suriah yang tak bersenjata dan tak berdaya, bahkan ia menyebut dirinya sebagai sebuah keluarga diktator sejati, dan itulah yang menyebabkan dendam mendalam dari rakyat Suriah.
Yang juga menyakitkan bahwa total kekayaannya diperkirakan tiga miliar dolar, yang didapat dari hasil menjarah kekayaan negara dengan cara mengorbankan rakyat Suriah yang tengah hidup dalam kemiskinan, dimana berdasarkan laporan internasional bahwa sekitar 60% dari rakyat Suriah hidup di bawah garis kemiskinan. [alsafernews.com/htipress/syabab.com]

Toleransi: Umat Islam Haram Ikut-ikutan Ucapkan Gong Xi Fat Coi

Adanya tokoh masyarakat dan para ulama di Indonesia yang juga mengikuti dan menganjurkan masyarakat untuk ikut perayaan-perayaan tahun baru, seperti tahun baru masehi dan imlek dengan dalih toleransi dan kerukunan beragama, adalah sikap yang keliru. Karena itu pahami dulu sejarah, kebudayaan dan sebuah istilah.
“Kerukunan (beragama – red) itu pencitraan saja. Doa bersama, mengucapkan selamat natal, ikut haleluyaan, ikut-ikut ngucap Gong Xi Fat Chai, itu omong kosong belaka. Yang namanya kerukunan itu bukan begitu, kerukuan itu adalah kejujuran. Jika tahu bahwa saya muslim, dan dilarang makan daging babi, maka jangan menyajikan daging babi. Bahkan, meski tidak makan daging babi, tapi bila menggunakan panci yang pernah dimasak daging babi, atau menggunakan minyak babi, maka diharamkan.”
Tentang toleransi beragama, KH. Sholekhan menjelaskan, toleransi pertama kali terjadi di Eropa pada saat pertentangan antara Katholik dengan Protestan pada tahun 1517 M. Atau pada saat munculnya Protestan, hingga terjadi perang dengan kaum Hugenot. Hugenot itu orang Protestan yang beraliran Anglikan di Perancis yang berperang melawan Katholik selama 30 tahun. Juga terjadi perang antara Spanyol melawan Belanda. Singkat cerita, dengan kemenangan Protestan Belanda pada waktu itu, kekejaman Katholik mundur selangkah, nah itu yang dikatakan Toleransi.
“Jadi toleransi itu bukan seperti sekarang ini terjadi, yang kita (orang islam dan diluar islam – red) melakukan doa bersama, natalan bersama, bukan itu yang namanya toleransi,” paparnya.
Terakhir, KH. Sholekhan menasehati umat islam dan tokoh masyarakat baik dari kalangan islam dan diluar islam serta para ulamanya untuk bersikap jujur terhadap dirinya sendiri dan menyampaikan kebenaran yang sebenar-benarnya. Dan yang paling penting adalah tidak melupakan untuk mempelajari sejarah dan ilmu-ilmu syariat islam, sehingga  faham apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Islam. Termasuk tidak mengucapkan Gong Ci Fat Coi kepada kaum Tionghoa. Bermasyarakatlah, tanpa harus mendangkalkan akidah. [Bekti - VOA Islam]

CIA dibelakang vonis 15 tahun penjara Ustadz Ba'asyir

JAKARTA (Arrahmah.com) - Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang ditahan dan divonis 15 tahun merupakan atas desakan dinas rahasia, CIA terhadap pemerintah Indonesia.
Demikian dikatakan Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya seperti dikutip dari itoday, Sabtu (9/10).
Menurut Haris, penahanan terhadap Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sangat politis dan bentuk penzaliman terhadap ulama. “Jadi sangat politis,” ungkap Harits.
Kata Harits, Ustadz Abu yang divonis 15 tahun penjara merupakan kezaliman produk kemitraan konspiratif Indonesia-Amerika dengan korban sebagian kelompok umat Islam.”Konspirasi Indonesia-Amerika menjadikan Islam di diskreditkan dengan beragam strategi opini dan propaganda,” ungkap Harits.
Harist mengatakan, target utama konspirasi Indonesia-Amerika menjadikan Islam moderat dan liberal. “Yang boleh tumbuh berkembang karena Islam versi Amerika inilah yang akan menjaga eksistensi kepentingan barat,” tegas Harits.
Harits menganggap wajar wakil rakyat segera memanggil BIN dan meminta pertanggungjawaban atas konspirasi Indonesia-Amerika tersebut.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) internasional, Open Society Foundation (OSF), merilis data mengejutkan tentang keterlibatan 54 negara termasuk di dalamnya Indonesia, dalam aktivitas penyiksaan, penculikan, penahanan, pemindahan seseorang ke negara lain tanpa melalui proses hukum, dan penculikan tertuduh teroris oleh badan intelijen Amerika Serikat (AS), CIA. (bilal/arrahmah.com)

Minggu, 03 Februari 2013

Keutamaan memperbanyak istighfar


 

(Arrahmah.com) – Salah satu jenis dzikir yang sangat dianjurkan untuk diperbanyak dan dikerjakan secara rutin adalah istighfar. Istighfar adalah meminta ampunan kepada Allah dengan mengucapkan doa atau dzikir yang menunjukkan pengakuan atas dosa yang kita perbuat, dengan harapan Allah akan memaafkan dan mengampuni dosa tersebut.
Keutamaan istighfar antara lain dijelaskan dalam sebuah hadits berikut ini, oe
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هُمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ "
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam bersabda, "Barangsiapa yang senantiasa beristighfar niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya, jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka." (HR. Abu Daud no. 1518, Ibnu Majah no. 3819, Al-Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra no. 6421 dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu'jam Al-Kubra no. 10665)
Makna hadits:
- Barangsiapa yang senantiasa beristighfar: Barangsiapa yang senantiasa beristighfar dalam segala kondisi atau meminta ampunan Allah setiap kali melakukan kemaksiatan atau menghadapi musibah.
- niscaya Allah akan menjadikan baginya kelapangan dari segala kegundahan yang menderanya: Allah akan menghilangkan segala kesedihan dan kegalauan yang menyempitkan jiwanya, dan menggantikannya dengan kelapangan dada dan kebahagiaan.
- jalan keluar dari segala kesempitan yang dihadapinya: Allah akan memberikan solusi dan jalan keluar atas segala kesempitan dan problematika kehidupan yang sedang ia alami.
- dan Allah memberinya rizki dari arah yang tidak ia sangka-sangka:  Allah memberinya rizki dengan cara yang tidak pernah ia duga dan pikirkan sebelumnya. (Syamsul Haq 'Azhim Abadi, 'Aunul Ma'bud Syarh Sunan Abi Daud, 4/267)
Para ulama menyatakan bahwa sanad hadits di atas lemah karena kelemahan seorang perawi bernama Hakam bin Mush'ab. Meski demikian makna hadits di atas adalah benar dan dikuatkan oleh ayat-ayat Al-Qur'an dan banyak hadits shahih.
Imam Mulla Ali Al-Qari Al-Harawi (wafat tahun 1014 H) menyatakan bahwa hadits di atas bersumber dari firman Allah Ta'ala:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3)
"Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan menjadikannya untuknya jalan keluar dan Allah akan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa berserah diri kepada Allahs emata niscaya Allah akan mencukupinya. Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-Nya. Dan Allah telah menetapkan ketentuan atas segala sesuatu." (QS. Ath-Thalaq [65]: 2-3)  
Makna hadits di atas juga ditegaskan oleh firman Allah melalui lisan nabi Hud 'alaihis salam:
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِينَ
"Wahai kaumku, mintalah ampunan Rabb kalian kemudian bertaubatlah kalian kepada-Nya, niscaya Dia mengirimkan dari langit hujan yang deras kepada kalian dan menambahkan kekuatan atas kekuatan kalian, dan janganlah kalian berpaling dengan menjadi orang-orang yang banyak berbuat dosa." (QS. Hud [11]: 52)
Juga firman Allah melalui lisan nabi Nuh 'alaihis salam:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)
Maka aku katakan kepada kaumku: "Mintalah ampunan Rabb kalian karena sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan dari langit hujan yang deras kepada kalian, mengaruniakan kepada kalian limpahan harta dan anak-anak, menjadikan untuk kalian kebun-kebun dan menjadikan untuk kalian sungai-sungai." (QS. Nuh [71]: 10-12)
Salah satu ciri hamba-hamba Allah yang shalih dan meraih surga adalah banyak beristighfar, terlebih pada sepertiga malam yang terakhir, sebagaimana dijelaskan dalam surat Ali Imran [3]: 17 dan Adz-Dzariyat [51]: 18. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa salam sendiri telah member tauladan kepada umatnya dengan beristighfar minimal sebanyak 70 kali dalam sehari semalam. Maka sudah selayaknya bagi kita untuk menjadikan istighfar sebagai bagian penting dalam hidup kita sehari-hari. Wallahu a'lam bish-shawab.